Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU
Perkembangan ilmu falak di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan persentuhannya dengan madrasah Haramain (Makkah dan Madinah). Dalam pengaruh dan persentuhannya itu melahirkan banyak tokoh dan literatur yang terus dikaji, diadaptasi, dan pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh dan literasi-literasi terkini yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat Nusantara.
Setidaknya ada dua sumber penting dan utama yang beredar dan berkembang di kalangan tokoh-tokoh falak Nusantara dan sangat memengaruhi substansi literatur-literatur ilmu falak saat itu dan periode sesudahnya. Dua literatur itu adalah kitab “al-Mathla’ as-Sa’īd” karya Husain Zaid dan kitab “Zij as-Sulthāny” karya Ulugh Bek.
Sumber pertama, “al-Mathla’ as-Sa’īd”, judul lengkapnya adalah “al-Mathla’ as-Sa’īd fī Hisābāt al-Kawākib ‘ala Rashd al-Jadīd”. Kitab ini berisi uraian teoretis-matematis dan praktis tentang astronomi secara umum. Kitab ini dalam perkembangannya memiliki pengaruh besar bagi sejarah dan perkembangan ilmu falak di Nusantara. Dalam beberapa waktu, kitab ini menjadi rujukan utama tokoh-tokoh (ulama) falak Nusantara dalam mengkaji dan mendalami persoalan ilmu falak, khususnya memasuki periode pertengahan abad ke-20 M yang merupakan fase perkembangan ilmu falak di Nusantara yang paling signifikan. Karya-karya ilmu falak yang ditulis oleh tokoh-tokoh falak Nusantara pada periode ini umumnya merupakan adaptasi, repetisi, dan modifikasi dari “al-Mathla’ as-Sa’īd”.
Beberapa tokoh yang tercatat pernah bersentuhan secara literasi dengan kitab ini antara lain : Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1334 H/1915 M), Syaikh Muhammad Djamil Djambek (w. 1366 H/1947 M), dan Syaikh Abdul Hamid Mursy. Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau pernah menulis komentar (syarah) atas “al-Mathla’ as-Sa’id” dalam karyanya yang berjudul “al-Qaul al-Mufīd Syarh Mathla’ as-Sa’īd”. Selanjutnya Syaikh Muhammad Djamil Djambek pernah mensyarah “al-Mathla’ as-Sa’īd” dalam karyanya yang berjudul “Mukhtashar Mathla’ as-Sa’īd”.
Adapun Syaikh Abdul Hamid Mursy tercatat pernah meringkas “al-Mathla’ as-Sa’id” dalam karyanya yang berjudul “al-Manahij al-Hamidiyyah fi Hisabat an-Nata’ij as-Sanawiyyah”. Dalam perkembangannya karya Syaikh Abdul Hamid Mursy ini sangat diminati dan membantu tokoh-tokoh falak di masanya dan sesudahnya dalam memahami “al-Mathla’ as-Sa’id” yang terbilang cukup rumit. Berikutnya lagi karya Syaikh Abdul Hamid Mursy ini banyak dirujuk oleh tokoh-tokoh yang datang sesudahya. Diantara faktor kitab ini banyak dikutip dan dirujuk adalah karena dijabarkan secara lebih ringkas dan sederhana serta mudah dipahami.
Dalam konstruksinya kitab “al-Mathla’ as-Sa’īd fī Hisābāt al-Kawākib ‘ala Rashd al-Jadīd” terdiri dari dua bagian yaitu : (1) bagian penjelasan (teori), dan (2) bagian berupa tabel-tabel (zij). Bagian pertama terdiri dari 24 halaman, sedangkan bagian kedua terdiri dari 90 halaman. Adapun pembahasan bagian pertama terdiri dari 1 mukadimah, 9 bab dan 1 penutup. Bagian mukadimah menjelaskan dasar-dasar perhitungan terkait seperti penjumlahan, perkalian, pembagian, bilangan akar, interpolasi, dan lain-lain. Bab pertama tentang penanggalan, musim, dan peristiwa-peristiwa. Bab kedua tentang bujur Matahari, logaritma Matahari, deklinasi, radius, sabaq, matlak, setengah lengkung hakiki-mar’i, dan interpolasi waktu. Bab ketiga tentang bujur dan lintang Bulan, refraksi, sabaq bulan, radius, konstelasi, jarak dari katulistiwa, matlak sebagian, dan setengah lengkung hakiki dan mar’i. Bab keempat tentang perpindahan Matahari ke puncak zodiak, ijtimak, dan oposisi. Bab kelima tentang gerhana Bulan. Bab keenam tentang gerhana Matahari. Bab ketujuh tentang lintang dan bujur lima planet berbolak-balik, rujuk, istiqamah, jarak dari katulistiwa, matlak, setengah lengkung, dan ittishālāt. Bab kedelapan tentang terbit dan tenggelam planet-planet dan mukus hilal. Bab kesembilan tetang thāli’ dan taswiyah al-buyūt untuk semua lintang. Sedangkan bagian penutup berisi uraian tentang waktu-waktu syar’i (hishash al-auqāt syar’iy) untuk semua lintang.
Sedangkan pembahasan bagian kedua (tabel-tabel) berupa tabel-tabel penanggalan serta konversinya, tabel-tabel penanggalan Yahudi, Nasrani, Arab (Islam), dan lain-lain. Selanjutnya tabel-tabel hari raya umat Islam, tabel-tabel berbagai peristiwa, tabel pergerakan Matahari, tabel pergerakan Bulan, tabel refraksi, tabel manzilah Bulan, tabel ijtimak, tabel kemungkinan gerhana, tabel pergerakan planet-planet, dan lain-lain.
Adapun argumen mengenai bagaimana kitab ini sampai ke Nusantara, sejauh ini belum ditemukan informasi yang persis, sejumlah anaslisis yang ada dari beberapa peneliti masih bersifat hipotesis atau dugaan sementara. Namun patut diduga kuat bahwa kitab ini sampai ke Nusantara dibawa oleh sejumlah orang (ulama) yang berangkat menunaikan ibadah haji dan atau menuntut ilmu di Haramain. Diduga pula bahwa buku ini dibawa secara langsung oleh pengarangnya (Syaikh Husain Zaid) ke Nusantara dan lantas diajarkan kepada sejumlah tokoh (ulama) di Nusantara.
Adapun sumber kedua, yaitu “Zaij as-Sulthāny”, disebut juga “Zaij Ulugh Bek” adalah karya seorang astronom Muslim terkenal di peradaban Islam bernama Ulugh Bek (w. 853 H/1449 M). Buku ini berbentuk tabel-tabel dan memuat data informatif benda-benda langit, dan berisi empat pembahasan utama. Pembahasan pertama dan kedua tentang hisab (perhitungan) waktu dan penanggalan, sedangkan pembahasan ketiga dan keempat tentang gerak dan posisi planet-planet serta posisi bintang-bintang ‘tetap’. Secara umum, buku ini memuat rincian posisi bintang-bintang dan planet-planet di langit dalam satuan derajat, menit, dan detik. Demikian lagi terdapat data perhitungan gerhana, perhitungan bintang-bintang ‘pengembara’ (sayyarāt), bintang-bintang ‘tetap’ (tsawābit), hisab gerak Matahari dan Bulan, data penjelasan lintang dan bujur berbagai daerah, dan lain-lain. Buku ini sendiri disusun berdasarkan observasi yang dilakukan Ulugh Bek beserta timnya.
Sama halnya dengan “al-Mathla’ as-Sa’īd”, “Zij as-Sulthāny”ini juga memainkan peranan penting dalam perkembangan ilmu falak di Nusantara. Dalam konteks kehadiran awalnya di Nusantara, tabel-tabel astronomi Ulugh Bek ini merupakan sumber sangat berharga. Tabel-tabel ini banyak digunakan dan sangat memengaruhi corak pemikiran para ulama falak Nusantara. Menurut sejumlah informasi, transmisi buku ini ke Nusantara adalah melalui Syaikh Abdurrahman bin Ahmad Mesir. Pada tahun 1314 H/1896 M, Syaikh Abdurrahman bin Ahmad datang ke Betawi dengan membawa zij ini. Di Betawi ia mengajarkan buku ini kepada sejumlah tokoh ulama dan pelajar disana.
Dalam konteks Nusantara, dua sumber ini dapat dinyatakan merupakan buku induk ilmu falak waktu itu dan yang paling memengaruhi pola, corak, dan perkembangan ilmu falak di Nusantara. Dalam perkembangannya tokoh-tokoh (ulama) Nusantara yang memiliki telaah di bidang ilmu falak melakukan adaptasi dan sintesa kreatif atas dua sumber ini sehingga lahirlah karya-karya semisal “al-Jawāhir an-Naqiyyah” oleh Syaikh Ahmad Khatib (w. 1334 H/1915 M), “Natījah al-‘Umr” oleh Syaikh Thahir Jalaluddin (w. 1376 H/1956 M), “Ad-Durūs al-Falakiyyah” oleh Syaikh Muhammad Ma’shum Jombang (w. 1351 H/1933 M), “Natījah Abadiyah” oleh Syaikh Hasan Ma’shum (w. 1355 H/1937 M), “Sullam an-Nayyirain” oleh Syaikh Muhammad Manshur Betawi (w. 1388 H/1968 M), dan lainnya.
Secara historis, kehadiran “Zaij as-Sulthāny” dan “al-Mathla’ as-Sa’īd” ini di Nusantara agaknya serupa dengan kehadiran “Almagest” karya Ptolemeus (dari Yunani) dan “Sindhind” karya Brahmagupta (dari India) yang menjadi titik awal perkembangan astronomi di dunia Islam abad pertengahan. Wallahu a’lam[]