Muhammad Dimas Firdaus
OIF UMSU secara rutin mengamati aktivitas Matahari, dalam satu pekan terakhir terlihat ada peningkatan aktivita, khususnya pada region 3654. Namun karena pengamatan yang dilakukan hanya pada panjang gelombang visual, sehingga data yang dapat dilihat hanya ukuran dan bentuk sunspot saja. Diperlukan pengamatan pada panjang gelombang lain untuk mengetahui keadaan magnetik hingga lontaran energi yang dihasilkan.
Melansir dari EarthSky.org pada tanggal 1 Mei (waktu Indonesia) kemarin region ini melontarkan flare yang cukup besar dengan klasifikasi M9,5. Hal ini wajar terjadi mengingat klasifikasi magnetik pada saat itu adalah β-γ-δ yang cukup kompleks. Flare ini mengakibatkan terjadi radio blackout tingkat R2 (sedang) di beberapa lokasi di Samudera Pasifik.
Pengamatan flare ini menggunakan panjang gelombang ultraviolet (335 Å) yang tersemat pada wahana Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA. Flare yang terjadi pada 30 April 23:23 UTC ini hampir mencapai kelas X. Flare kelas X terakhir yang terdeteksi adalah pada tanggal 28 Maret.
Namun setelah lontaran ini aktivitas dari region 3654 menurun, hal ini terlihat dari kompleksitas magnetik yang sudah berubah menjadi β-δ. Hal ini menjadi parameter bahwa kemungkinan lontaran flare energi tinggi menurun. Mengacu pada data pada SpaceWeatherLive.com saat ini probabilitas lontaran flare dari AR 3654 adalah 10% kelas X, 50% kelas M dan 85% kelas C.
Aktivitas Matahari masih akan cukup tinggi mengingat saat ini memang sedang berada pada puncak siklus Matahari ke-25. OIF UMSU masih akan terus mengamati bagaimana aktivitas Matahari dari hari ke hari.
OIF UMSU
“Memotret Semesta Demi Iman dan Peradaban”