Oleh: Hariyadi Putraga
Tim OIF UMSU
Bulan Purnama merupakan sebuah fenomena rutin yang terjadi setiap Bulan, Fase bulan ini terjadi pada hari ke 14-15 setiap bulannya setelah konjungsi, dan pada umumnya terdapat 12 buah bulan purnama dalam satu tahun, namun di tahun 2023 ini terdapat 13 kali fenomena bulan Purnama dan pada bulan Desember ini jatuh pada tanggal 27 Desember. Bulan pada tanggal ini berada pada jarak 0,0026 AU atau sekitar 388954 Km dari Bumi dengan Persentase Fase sebesar 99,8 % dan berada pada rasi bintang Gemini. Bulan juga terbit sejak pukul 18.44 pada arah Timur Laut.
istilah yang biasa digunakan dalam tradisi penanggalan dan budaya Barat, terutama dalam kalender Gregorian yang umum digunakan. Pemberian nama ini merujuk pada bulan purnama yang terjadi pada bulan Desember, dan “Cold Moon” mencerminkan suhu dingin dan musim dingin yang biasanya terjadi pada waktu itu di belahan bumi utara.
Pemberian nama bulan purnama ini mencerminkan tradisi penggunaan nama-nama khas untuk setiap bulan purnama dalam kalender Gregorian. Nama-nama ini berasal dari warisan budaya yang berbeda dan sering kali berkaitan dengan cuaca atau aktivitas alam yang khas pada waktu itu. Dalam beberapa tradisi, “Cold Moon” mungkin juga disebut dengan nama lain yang mencerminkan karakteristik alam selama musim dingin, seperti “Long Nights Moon” (Bulan Malam yang Panjang) atau nama-nama serupa. Perlu dicatat bahwa konsep pemberian nama-nama bulan purnama ini bervariasi di berbagai budaya, dan nama-nama tersebut dapat memiliki variasi regional. Namun, dalam konteks kalender Gregorian, “Cold Moon” umumnya digunakan untuk merujuk pada bulan purnama Desember.
Secara ilmiah, Full Cold Moon adalah bulan purnama yang terjadi paling dekat dengan titik balik musim dingin, hari terpendek dan malam terpanjang dalam setahun. Saat matahari mencapai titik terendahnya di langit, bulan purnama menerangi lanskap musim dingin, melemparkan cahaya yang gaib pada Bumi yang tertutup salju, jika berlaku di daerah tersebut.
Di Indonesia, penggunaan nama-nama khusus untuk bulan purnama tidak seumum dalam tradisi Barat. Namun, berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, terutama yang mempraktikkan kepercayaan dan tradisi Hindu, sering kali merujuk pada bulan-bulan purnama dalam kalender penanggalan Saka atau penanggalan Hindu. Dalam konteks Hindu di Indonesia, bulan purnama memiliki nilai keagamaan yang penting, dan sering kali dijadikan waktu untuk upacara-upacara keagamaan, pemujaan, dan perayaan. Meskipun mungkin tidak umum untuk memberikan nama khusus untuk bulan purnama dalam bahasa Indonesia sehari-hari, namun dalam kalender Hindu, bulan-bulan ini memiliki nilai keagamaan yang mendalam dan diakui dalam berbagai upacara keagamaan.
Pada umumnya, bulan purnama di bulan Desember disebut “Purnama Kasa.” Purnama Kasa ini merupakan salah satu nama bulan purnama dalam penanggalan Hindu, yang juga digunakan dalam penanggalan Bali. Penanggalan Hindu dan Bali memiliki sistem penanggalan bulan berdasarkan peredaran bulan. Purnama Kasa biasanya terjadi pada bulan Desember dalam penanggalan masyarakat Hindu dan Bali. Purnama sendiri merujuk pada fase bulan penuh, di mana bulan terlihat sepenuhnya terang karena berada tepat di balik Bumi dari Matahari. Fase ini dianggap penting dalam tradisi keagamaan Hindu dan sering dijadikan momen perayaan atau upacara keagamaan.
Penanggalan Hindu dan Bali dapat berbeda dengan penanggalan Gregorian yang digunakan secara luas di masyarakat umum. Oleh karena itu, bulan purnama di Desember dalam konteks penanggalan Hindu atau Bali mungkin tidak selalu sesuai dengan penanggalan bulan Desember dalam kalender Gregorian.
Doa Melihat Bulan Purnama
Saat melihat bulan purnama , umat muslim dianjurkan untuk membaca doa, sebagaimana doa tersebut berisi pujian kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta, berikut doa-doa yang bisa dibaca saat melihat bulan purnama. Doa ini dibacakan sebagai wujud rasa kagum dengan kebesaran Allah Swt., yaitu Masya Allah Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah
Bacaan Arab
مَاشَآءَاللّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Artinya: “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
Doa kedua yang bisa dibaca oleh umat Muslim yaitu membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebagai bentuk rasa kagum pada keagungan Allah Swt.
Bacaan Arab
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَاللهُ أَكْبَرُ
Bacaan Arab-Latin: Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.
Artinya: “Maha Suci Allah dan segala puji hanya bagi Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”
Setelah membaca tasbih, tahmid, dan takbir. Lanjutkan dengan doa berikut.
Bacaan Arab
اَللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ. هِلَالُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ
Bacaan Arab-Latin: Allâhumma ahillahu ‘alainâ bil amni wal îmâni was salâmati wal islâmi. Hilâlu khairin wa rusydin.
Artinya: “Wahai Tuhan-ku, terangkanlah ini bulan di atas kami dengan sentosa, iman, selamat, dan Islam. Ini bulan menerangkan kebaikan dan petunjuk.”
Hikmah Membaca Doa Melihat Bulan Purnama
Ketika melihat fenomena seperti bulan purnama lalu langsung membaca doa, itu menunjukan bahwa kita mengakui kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta. Mungkin sebagai Hambanya kita tidak pernah memikirkan maksud dari penciptaan benda-benda langit atau kenapa fenomena tersebut bisa terjadi.
Tentunya Allah memiliki alasan dibalik semua itu, sekaligus menunjukan bahwa hanya kepada-Nyalah seluruh umat tunduk atau sujud, taat dan harus menyembahnya. Sehingga doa tersebut diharapkan agar manusia menyadari keagungan Allah, sekaligus pembacanya mendapat hikmah dan keberkahan hidup.