Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU
Setidaknya ada tiga teks (literatur) pra Islam yang memengaruhi astronomi di peradaban Islam, yaitu: Sindhind, Zij Syah, dan Almagest.
Sindhind
Sindhind adalah teks astronomi berbahasa Sansekerta (Siddhānta) yang diduga karya seorang astronom dan ahli matematika India bernama Brahmagupta, karya ini adalah yang paling intens ditelaah oleh ilmuwan Arab (Islam). Melalui karya ini pula para astronom Muslim banyak melahirkan karya-karya astronomi baru. Teks astronomi ini sampai di peradaban Islam pada tahun 156/773 yaitu ketika seorang utusan dari India datang ke Bagdad menghadap Khalifah Al-Manshur dengan membawa buku Sindhind.
Sindhind adalah teks astronomi berisi pengantar lengkap tentang gerak benda-benda langit dalam waktu ribuan tahun, berisi perhitungan gerak bintang-bintang, perhitungan gerhana, perhitungan posisi rasi-rasi bintang dan perhitungan lainnya.
Khalifah Al-Manshur (w. 158/775) pernah meminta dan memerintahkan untuk menerjemahkan karya ini kedalam bahasa Arab. Sejarah mencatat orang yang mendapat amanah untuk menerjemahkan buku ini adalah Muhammad bin Ibrahim al-Fazzari (w. 180/796) dan Ya’qub bin Thariq (abad 2/8) yang mana keduanya merupakan astronom resmi kerajaan ketika itu. Al-Fazzari sendiri pada akhirnya melahirkan buku penjelas bertitel as-Sindhind al-Kabīr (Sindhind Agung) yang mana buku Al-Fazzari ini terus dipelajari dan dikembangkan serta menjadi dasar standar sains astronomi hingga masa al-Ma’mun (w. 218/833).
Salah lembar teks Sindhind
Salah satu lembar Zij Sindhind karya Al-Khawarizmi (w. 232/848)
Dalam konteks era Abbasiyah, Sindhind berguna bagi upaya pengembangan pengetahuan. Melalui buku ini cendekiawan Arab ‘dipaksa’ bergumul dengan segenap persoalan astronomi dalam buku ini. Sumbangan signifikan Sindhind adalah telah di muatnya fungsi sinus yang merupakan kontribusi penting India, yang pada era peradaban Islam dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Arab sebagai dasar bagi semua perhitungan.
Dalam bahasa Sansekerta, Siddhanta atau Sindhind bermakna pengetahuan, ilmu, dan mazhab. Sedangkan secara terminologis bermakna buku mengenai astronomi dan perhitungan gerak segenap planet-planet dan atau bintang-bintang. Brahmasphutasiddanta adalah judul asli Sindhind dalam bahasa Sansekerta, yaitu buku astronomi versi revisi yang di nisbahkan kepada Brahma. Para penulis Arab menghilangkan beberapa kata dari judul ini dan menyisakan Siddhanta, kemudian dilakukan sedikit modifikasi dengan menambahkan kata hind (India) pada bagian akhir sehingga menjadi as-Sindhind. Beberapa kalangan kontemporer menyebut buku ini dengan “as-Sindhind al-Kabir” untuk membedakannya dengan as-Sindhind karya al-Khawarizmi (w. 232/848).
Zij Syah
Zij Syah (disebut juga Zij Syahryaran) adalah teks yang paling populer di Persia silam, berisi koleksi observasi dan tabel-tabel astronomis benda-benda langit. Karya berbentuk zij ini disusun berdasarkan parameter India yang disusun pada masa Dinasti Sasanid Persia (226-651 M). Zij ini pernah dilakukan kodefikasi beberapa kali, pertama pada tahun 450 M yang berpedoman pada astronomi India, kedua tahun 556 M masa pemerintahan Kisra Anushirawan yang berpedoman pada kaidah Zij al-Arkand (Tabel Arkand) India. Terakhir tahun 630 M atau tahun 640 M yang merupakan periode ketiga kodefikasi teks pada era pemerintahan Yazdegerd III.
Tabel-tabel astronomi Sasanid yang umumnya berasal dari Zij Syah berada dibawah apa yang dinamakan Royal Tables (al-jadāwil al-mulkiyyah). Tabel-tabel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan menjadi sumber penting bagi para astronom Arab periode awal, misalnya apa yang diterapkan seorang astronom-astrolog bernama Masyaallah dalam karyanya “Kitāb al-Qirānāt wa al-Milal wa al-Adyān” (Buku Tentang Konjungsi, Kepercayaan dan Agama), ditulis sekitar tahun 810 M, yang berpedoman pada corak Persia. Selain itu, dalam konteks historis-astronomi Sasanid, teks-teks Pahlevi kuno yang telah diterjemahkan dari sumber Yunani dan India mencerminkan ritualitas keyakinan (agama) bagi peradaban Sasanid silam.
Menurut Pingree, teks-teks Arab yang beredar pada abad ke-9 M dipandang sebagai sumber utama unsur-unsur astrologi Sasanid. Hal ini terlihat dari literatur-literatur berbahasa Pahlevi mengenai astrologi yang telah dikenal melalui terjemahan bahasa Arab. Oleh karena itu tampak bahwa kecendrungan astronomi Persia adalah sumber utama bagi pembentukan teori di kalangan astrolog era kekhalifahan Abbasiyah awal seperti dipelopori Nubekht dan Masyaallah. Hal ini menegaskan pula bahwa banyak astrolog di zaman Al-Manshur (w. 158/775) mereka adalah orang-orang Persia asli.
Terminologi ‘zij’ yang banyak menghias dan menjadi judul karya para astronom Muslim sejatinya berasal dari peradaban Persia. Teks astronomi al-Khawarizmi yang berjudul “Ta’dīl al-Kawākib” (Interpolasi Planet-Planet) misalnya dalam rumusan zijnya menggunakan interpolasi planet berdasarkan mazhab Persia.
Pengaruh astronomi Persia bagi peradaban Islam lebih terlihat lagi tatkala Khalifah al-Manshur (w. 158/775) menghadirkan banyak astronom yang berasal dari Persia ke istanan untuk berdiskusi seputar astronomi. Beberapa astronom itu antara lain Nubekht al-Farisi (w. 326/938) dan Umar bin al-Farkhan (w. ± 200/815). Bahkan Al-Fazzari, yang menerjemahkan Sindhind tercatat sebagai tokoh keturunan Persia yang pernah di undang Khalifah al-Manshur ke istana. Selain itu, kota Bagdad yang didirikan pada tahun 762 M, dalam konstruksi dan penataan kotanya dirancang oleh beberapa astrolog, astronom dan ahli matematika yang berasal Persia.
Almagest
Almagest (Arab: al-Majisthī) adalah teks astronomi karya Ptolemeus, karya ini paling menarik perhatian para astronom Muslim. Buku ini menjadi bahan ajar astronomi paling berpengaruh dalam sejarah dan peradaban Islam. Untuk kurun satu abad lebih (sejak abad ke-2 M) buku ini terus dipelajari dan dikembangkan. Almagest merupakan buku teks koleksi astronomi hasil observasi benda-benda langit yang bercorak geosentris. Di buku ini Ptolemeus mensintesakan astronomi dan matematika dengan sudut pandang observasi yang terus diperbarui. Perkenalan astronom Muslim terhadap buku ini diawali dengan dilakukannya transfer dan terjemah atas karya ini.
Ahmad Dallal menyatakan, Almagest adalah prestasi astronomis-matematis paling tinggi tradisi helenistik bahkan yang terbesar dari semua sains helenistik. Almagest juga merupakan buku pertama di peradaban Islam yang mengoleksi semua cabang astronomi silam yang di dalamnya termuat dua metode argumen geometri dan aritmetika. Konstruksi astronomi Ptolemaik ini membentuk pondasi teori dan metodologi bagi institusi astronomi di dunia Arab abad pertengahan.
Teks Almagest versi bahasa Latin, edisi cetak tahun 1515 M
Almagest versi bahasa Latin, cetakan tahun 1528 M, diterjemahkan oleh George of Trebizond
Menurut para peneliti, Almagest dalam versi asli bahasa Yunani merupakan buku dengan redaksi dan susunan kalimat yang sulit dipahami kecuali bagi orang yang memiliki pengetahuan mendalam di bidang matematika. Dalam konstruksinya, Almagest berisi tiga belas pembahasan: Pertama,mukadimah, yang berisi argumen bentuk bulat bola langit dan bumi, posisi tetap bumi di pusatnya, kemiringan ekliptika, dan matlak derajat rasi-rasi bintang pada asensio rekta. Kedua, pembahasan ragam akibat perbedaan lintang seperti panjang siang, ketinggian kutub, matlak di segenap iklim, sudut-sudut yang muncul oleh perpotongan dua lingkaran dari lingkaran-lingkaran ufuk, lingkaran setengah hari, lingkaran katulistiwa, ekliptika, dan lain-lain. Ketiga, tentang penentuan waktu-waktu zawal matahari di titik ekuinoks dan titik solstices, kadar tahun matahari, gerak moderat dan gerak berlainan matahari, metode geometri dalam menjelaskan perbedaan gerak orbit eksentrik atau orbit episiklik, perbedaan siang dan malam, konversi hari. Keempat, tentang gerak standar bulan dalam lintang dan bujur. Kelima, penjelasan tentang perbedaan gerak bulan dan perhitungannya, perhitungan beda refraksi suatu ketinggian, lintang dan bujur. Keenam, konjungsi bulan-matahari, oposisi dan gerhana. Ketujuh, tentang planet-planet ‘diam’, bentuk (posisi) planet yang tampak berubah dari posisi matahari. Kedelapan, tentang planet-planet ‘diam’ dan posisinya dalam lintang dan bujur. Kesembilan, Kesepuluh dan Kesebelas, penjelasan tentang gerak lima planet beredar dalam garis bujur. Keduabelas, tentang gerak balik dan gerak alami dan urutan lima planet beredar. Ketigabelas, tentang tampilan lima planet beredar, ketampakan dan hilangnya.[]