Muhammad Dimas Firdaus
Pengamatan benda langit merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di observatorium, termasuk di OIF Cabang Barus. Matahari adalah salah satu benda langit yang secara rutin diamati selama kondisi langit memungkinkan. Salah satu tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mendeteksi bintik matahari (sunspot).

Bintik matahari merupakan suatu daerah pada permukaan Matahari yang memiliki suhu lebih dingin dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Diketahui bahwa suhu rata-rata permukaan Matahari adalah sekitar 5.600°C. Sementara bintik matahari memiliki suhu rata-rata “hanya” 3.000°C – 4.500°C. Selain suhu yang lebih dingin, keberadaan bintik matahari merupakan parameter aktivitas magnetik Matahari.

Matahari merupakan bola gas raksasa dengan muatan listrik yang sangat kuat. Gas dengan muatan listrik ini bergerak sehingga menimbulkan medan magnet yang sangat kuat. Medan magnet Matahari berputar dalam sebuah siklus yang disebut Siklus Matahari (Solar Cycle). Ketampakan bintik matahari merupakan salah satu akibat dari adanya medan magnet ini. Siklus Matahari memiliki rentang 11 tahun, yang berarti setiap 11 tahun medan magnet utara dan selatan Matahari akan berpindah. Siklus ini mengakibatkan ketampakan sunspot bervariasi.

Jumlah sunspot akan lebih sedikit saat permulaan siklus, dan akan mencapai nilai tertinggi ketika puncak siklus. Saat ini Matahari sedang berada pada siklus ke-25, yang dimulai sejak tahun 2019 dan berakhir pada tahun 2030. Tahun ini seharusnya sudah mulai mendekat pada puncak siklus Matahari 25. Namun pengamatan yang dilakukan di OIF UMSU Cabang Barus menemukan bahwa hari ini bintik Matahari hampir tidak teramati. Hanya ada 2 region aktif yang teramati, dengan posisi di ujung piringan, yaitu AR 3486 di S10W77, dan AR3489 di S17E70.

Tenang saja, walaupun hari ini wajah Matahari bersih tanpa noda, secara jumlah bulanan, bintik Matahari masih pada jumlah yang banyak, walaupun dalam tren yang menurun sejak Juli 2023. Kendati demikian, jika melihat tren siklus jumlah sunspot masih berprogres hingga mencapai puncak.

Prediksi yang ada menyebutkan bahwa puncak siklus Matahari 25 akan bertepatan di tahun 2025. Namun penelitian terbaru menemukan kemungkinan puncak siklus datang lebih cepat, yaitu sekitar tahun 2024. Prediksi ini hadir dengan metode yang berbeda, jika sebelumnya dengan cara menghitung jumlah bintik Matahari, pada penelitian yang baru variabel yang dijadikan acuan adalah aktivitas magnetik. Kita lihat dalam tahun-tahun mendatang bagaimana aktivitas Matahari kita. Karena semakin tinggi aktivitas Matahari akan berpengaruh pada cuaca antariksa di tata surya kita.
OIF UMSU
“Memotret Semesta Demi Iman dan Peradaban”