Muhammad Dimas Firdaus
Pada awal Bulan Agustus NASA mengeluarkan statement bahwa Bulan Juli 2023 tercatat sebagai bulan terpanas sejak tahun 1880. Kita ketahui bersama bahwa saat ini Bumi sedang menghadapi krisis perubahan iklim yang mengakibatkan Bumi semakin tidak baik-baik saja. Tren kenaikan suhu permukaan Bumi terjadi sejak revolusi industri di tahun 1880. Dari tahun ke tahun suhu rata-rata Bumi cenderung terus meningkat. Puncaknya pada Bulan Juli, suhu rata-rata Bumi memecahkan rekor dengan suhu rata-rata mencapai 1,5 derajat Celsius lebih panas dari suhu rata-rata bulan Juli. Bahkan dari data NASA diketahui bahwa 5 Juli terpanas sejak 1880 ada pada 5 tahun terakhir.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan suhu rata-rata permukaan Bumi. Namun yang menjadi faktor utama dari fenomena ini adalah efek rumah kaca dari emisi gas. Tingginya suhu ini mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan hingga kematian di beberapa daerah di dunia, terutama di Bumi belahan utara yang sedang mengalami puncak musim panas.
Selain berpengaruh pada kelanjutan hidup manusia, krisis iklim yang terjadi juga berpengaruh pada dunia astronomi. Krisis iklim yang berdampak pada perubahan curah hujan, peningkatan suhu hingga turbulensi udara dapat mengganggu proses pengamatan langit yang dilakukan oleh para astronom. Bahkan di Observatorium Palanar, Chili mengalami kenaikan suhu udara hingga 1,5 derajat sejak tahun 1980. Untuk membaca lebih lengkap terkait Astronomi dan Krisis iklim bisa dibaca pada Majalah Observatoria Edisi 21.
Pencapaian suhu tertinggi ini dapat menjadi alarm bagi manusia untuk senantiasa menjaga keberlangsungan hidup Bumi agar dapat terus dinikmati oleh generasi penerus.
OIF UMSU
“Memotret Semesta Demi Iman & Peradaban”