Oleh: Hariyadi Putraga
Tim OIF UMSU
Dalam tradisi Batak , terdapat kepercayaan yang menyatakan bahwa tahun Batak dimulai saat terbenamnya rasi bintang Orion (Malela) di ufuk barat. Hal ini berhubungan dengan sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh suku Batak. Kalender astronomi ini digunakan untuk menentukan waktu berbagai acara adat, kegiatan pertanian, dan perubahan musim. Sistem Kalender dalam Adat Suku Batak dikenal dengan nama Parhalaan. Kalender batak ini juga juga sesuai dengan sistem kalender pada umumnya, hanya suku batak mempunyai penamaan dan pengartian sendiri terhadap sistem kalender dalam adat/budaya batak. Bulan disebut sebagai Paha dan Hari disebut sebagai ari. Kalender dari suku Batak pada umumnya memiliki fitur sebagai berikut:
- Bulan Purnama: Para Guru dan Datu Batak zaman dulu menyadari bahwa setiap tanggal 15 pertengahan bulan adalah Bulan Purnama. Oleh karena itu, setiap hari pada tanggal pertengahan bulan tetap dinamakan “Tula”. Mereka menyadari bahwa rata-rata setiap bulan terdiri dari 4 minggu, dengan setiap hari diberi nama yang berbeda.
- Sistem Hari: Suku Batak Toba memiliki sistem penamaan hari yang berbeda pada setiap minggunya. Nama-nama hari dalam satu minggu berubah pada minggu kedua dan seterusnya. Misalnya, hari Minggu pada minggu pertama disebut “Artia”, tetapi pada minggu kedua disebut “Aek”. Begitu pula dengan nama-nama hari lainnya.
- Pembagian Waktu: Suku Batak Toba juga memiliki pembagian waktu yang terkait dengan pergerakan langit. Waktu siang hari dibagi menjadi beberapa fase, seperti Binsar Mataniari, Pangului, Tarbakta, Tarbakta Raja, Sagang, Humara Hos, Hos Ari, Guling, Dua Gala, Sagala, dan Bot Ari. Sedangkan untuk waktu malam hari, terdapat pembagian seperti Sundut Mataniari, Samon, Hatiha Mangan, Tungkap Hudon, Sampinodom, Sampinodom na Bagas, Tonga Borngin, Haroro ni Panangko, Tahuak Manuk Sahali, Tahuak Manuk Paduahon, Buha-buha Ijuk, dan Torang Ari.
- Perubahan Musim: Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan musim, seperti musim kemarau, musim penghujan, dan musim pancaroba (peralihan). Pengetahuan ini digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pertanian, penangkapan ikan, perburuan, peperangan, dan juga berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit.
Menurut penanggalan Batak, setiap tahun dibagi menjadi 12 bulan yang disebut “bulan Batak” atau “dalihan na tolu”. Bulan-bulan ini memiliki nama-nama khusus yang terkait dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan budaya Batak. Perhitungan tahun baru Batak terkait dengan pergerakan bintang Orion dan terbenamnya di ufuk barat.
Tahun Batak dimulai ditandai dengan posisi utara Orion di langit Barat sampai tahun baru Lalu bulan purnama berikutnya yang diamati dari Timur, yang kemudian berada di area Scorpio (Hala) di langit sebelah Timur. Mereka melihat hubungan antara Bulan, Bintang, Bumi, dan Matahari dengan manusia yang menghuni bumi. Perhitungan ini menjadi dasar dalam menentukan awal tahun Batak. Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan musim kemarau dan musim penghujan serta musim pancaroba (peralihan). Itulah yang menjadi dasar dan pedoman untuk melakukan penanaman padi, penangkapan ikan, perburuan, maupun peperangan, serta pengaruh terhadap kesehatan dan penyakit.