Oleh: Hariyadi Putraga
Benda langit selain Planet dan Bintang selalu memiliki waktu dan keterlihatan yang hampir setiap hari dapat dilihat sepanjang malam. Namun, di sepanjang Ramadan 1444H akan terdapat beberapa fenomena benda langit yang terjadi dan dapat diamati pada Ramadan kali ini. Berikut fenomena yang dapat diamati:
Komet April 2023
Komet pada dasarnya adalah objek yang sangat tidak dapat diprediksi, karena kecerahannya bergantung pada hamburan sinar matahari dari partikel debu di koma dan ekor komet. Debu ini terus mengalir menjauh dari inti komet, dan kerapatannya pada waktu tertentu diatur oleh laju sublimasi es di inti komet, karena dipanaskan oleh sinar matahari. Itu juga tergantung pada jumlah debu yang tercampur dengan es itu. Ini sangat sulit untuk diprediksi sebelumnya, dan bisa sangat bervariasi bahkan di antara kemunculan berturut-turut dari komet yang sama.
Pada tanggal 7 April nanti, komet keluarga Jupiter 364P/PANSTARRS akan melintas dalam jarak 0,12 AU dari Bumi. Pada hari ini, komet tersebut akan berada di konstelasi Vulpecula dan diperkirakan memiliki magnitudo sekitar 12,3. Komet tersebut akan dapat terlihat dari kedua belahan bumi, tetapi pengamat di garis lintang utara akan melihatnya pada ketinggian yang lebih nyaman selama minggu awal pada bulan April dengan posisi ketinggian yang sangat baik. Komet ini sepertinya yang akan menjadi primadona langit malam di sepanjang Ramadan.
Selanjutnya, terdapat Komet 81P/Wild sudah mencapai perihelion pada 15 Desember 2022 lalu, dan mulai memudar di awal 2023. Namun Bumi masih dekat dengan komet tersebut, sehingga 81P/Wild diperkirakan akan lebih terang dari magnitudo 13 hingga Mei 2023. Terlihat dari kedua belahan, tetapi kondisinya lebih baik di belahan selatan. Kemudian ada juga C/2017 K2 (PANSTARRS) masih dapat terlihat dari belahan bumi selatan. Namun, pada bulan April, kecerahannya telah hilang dan sekarang memiliki magnitudo sekitar 9.
Gerhana Hibrida April 2023
Pada 20 April 2023, akan terjadi gerhana matahari hibrida yang langka akan terjadi dan melintasi Indonesia— gerhana seperti ini terjadi sekitar satu dekade sekali. Gerhana matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Bumi dan Matahari sehingga menutupi sebagian atau seluruh citra Matahari bagi pemirsa di Bumi. Gerhana hibrida ini berubah dari annular ke total dan sebaliknya di sepanjang jalurnya. Transisi tersebut hanya akan terlihat di lokasi yang jauh di Samudera Hindia dan Pasifik. Samudra Hindia bagian selatan, sebagian Antartika, sebagian besar Australia, Indonesia, Filipina, sebagian besar Oseania, Asia Tenggara, dan Samudra Pasifik bagian barat akan melihat setidaknya sebagian gerhana. Berikut peta lintasan gerhana kali ini.
Selama gerhana matahari total, Bulan sepenuhnya menghalangi Matahari selama beberapa menit dan memungkinkan pengamat melihat korona matahari dengan mata telanjang.
Selama gerhana matahari annular, Bulan sedikit terlalu jauh dari bumi dalam orbit elipsnya, sehingga tidak cukup menghalangi seluruh Bulan, menghasilkan cincin di sekitar Bulan yang hanya dapat diamati dengan aman menggunakan kacamata pengaman gerhana matahari.
Hujan meteor April 2023
Pada bulan April, dua hujan meteor mencapai aktivitas maksimumnya — April
dan π-Puppids. Hujan Meteor Lyrids diperkirakan akan mulai 15 April hingga 29 April 2023. Puncaknya terjadi pada tanggal 23 dan 24 April, dan memberikan pengamat “tampilan bintang jatuh” selama dua malam berturut-turut. Sementara hujan meteor Lyrids akan menghasilkan sekitar 18 meteor per jam, meski pada kesempatan yang jarang akan melihat sebanyak 100 meteor dalam satu jam.
π-Puppids dikenal sebagai aliran meteor variabel. hujan meteor Pi Puppid berlangsung sejak 15 – 28 April 2021. Berkecepatan sekitar 18 kilometer per detik, masa puncaknya pada 24 April dengan sekitar 18–40 meteor per jam. Hujan meteor dari sisa komet 26P/Grigg-Skjellerup ini bisa diamati sejak matahari terbenam sampai tengah malam seiring tenggelamnya rasi bintang Puppis. Hujan meteor Pi Puppid terjadi saat Bumi melalui aliran yang tertinggal setelah asteroid dan komet. Potongan puing berbentuk seperti pasir akan memasuki orbit objek induk di sekitar Tata Surya kita. Salah satu dari potongan puing tersebut tiap kali tampak seperti bintang jatuh. Akan terbakar bila bertabrakan dengan Bumi. Ketinggiannya diperkirakan antara 70 sampai 100 km. Orbit Bumi akan melalui aliran padat tiap tahun pada hari tertentu. Kemudian akan bertemu dengan asteroid atau komet yang melepaskan material padat ke luar angkasa dalam jumlah yang besar. Hujan tersebut disebut hujan meteor tahunan. Semua meteor yang tampak memancar dari titik yang sama di langit.