Oleh: Muhammad Dimas Firdaus
Tim OIF UMSU
Bulan merupakan satelit alami satu-satunya milik Bumi yang senantiasa mengelilingi Bumi. Bulan berjarak kilometer dari Bumi, 363.396 km saat perigee dan 405.504 km saat apogee. Selayaknya satelit buatan manusia, Bulan juga bergerak mengelilingi Bumi. Berapa lama periode Bulan mengitari Bumi? Untuk menjawab pertanyaan itu kita dapat melihat dari beberapa sudut pandang.
1. Fase Bulan (Sinodis)
Periode Bulan berdasarkan konfigurasi Bulan, Bumi, Matahari disebut sinodis. Periode sinodis adalah lama Bulan mengelilingi Bumi dari konjungsi ke konjungsi, atau dengan kata lain dari fase Bulan baru ke fase Bulan baru kembali. Periode sinodis Bulan adalah 29.53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).
Fase bulan dipengaruhi oleh posisi Bulan terhadap Matahari. Saat Bulan dan Matahari berdekatan/konjungsi (memilki nilai bujur ekliptik yang sama) maka manusia di Bumi akan mengesani Bulan pada fase Bulan baru, sebaliknya ketika Bulan dan Matahari berada pada posisi yang berjauhan/oposisi (nilai bujur ekliptik mendekati 180) maka manusia akan mengesani Bulan pada fase Purnama (Bulan penuh).
Sumber: http://astro.unl.edu/classaction/images/lunarcycles/synodic.html
2. Bintang Latar Belakang (Sideris)
Jika periode sinodis mempertimbangkan posisi Bulan terhadap bintang terdekat, yaitu Matahari, maka sideris mempertimbangkan posisi Bulan terhadap bintang-bintang yang jauh yang menjadi latar dari posisi Bulan. Periode sideris bulan memiliki waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan periode sindodis, yaitu 27.32166 hari (27 hari 7 jam 43 m 12 detik).
Periode sideris bulan merupakan pendekatan terhadap periode bulan mengitari Bumi sejauh 360, dengan menggunakan bintang-bintang latar sebagai acuan.
Sumber: http://astronomy.swin.edu.au/~smaddiso/astro/SiS/NPS/time_motion.html
3. Jarak (Anomalistic)
Bulan mengitari Bumi dalam orbit yang elips dengan nilai eccentricity 0.0549. Hal ini mengakibatkan jarak Bulan – Bumi memiliki variasi, adakalanya jaraknya mencapai titik terdekat (perigee), ada kalanya mencapai titik terjauh (apogee). Periode antara titik perigee ke titik perigee disebut periode anomalistic Bulan. Periode anomalistic Bulan dapat bervariasi dengan nilai rata-rata 27.55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik). Periode anomalistic Bulan dapat bervariasi hingga 1-3 hari dari nilai rata-rata. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jarak Bumi – Bulan – Matahari.
Sumber: https://www.slsc.org/astronomy-fact-of-the-day-january-30-2022/
4. Titik simpul antara orbit Bulan dan orbit Bumi (Draconic)
Bidang orbit Bulan mengitari Bumi memiliki kemiringan sebesar terhadap bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari (bidang ekliptika). Hal ini mengakibatkan terbentuknya dua titik perpotongan (simpul) antara dua bidang orbit. Perpotongan antara bidang orbit Bulan dan bidang orbit Bumi dari Selatan ke Utara disebut simpul naik (ascending node), sementara perpotongan dari Utara ke Selatan disebut simpul turun (descending node). Periode antar 2 ascending node disebut periode draconic. Periode draconic Bulan memiliki nilai rata-rata 27.21222 hari (27 hari 5 jam 5 menit 36 detik).
Sumber: https://lists.maine.edu/cgi-bin/wa?A2=DAILY-ASTRONOMER;68c8effe.2102&S=
5. Bujur ekliptik (Tropis)
Periode tropis Bulan mengitari Bumi mengacu pada titik vernal equinox. Dikarenakan titik equinox bergerak mundur sepanjang bidang ekliptika, maka Bulan membutuhkan waktu yang lebih pendek menuju titik bujur ekliptika dibandigkan dengan periode siderisnya, Penamaan periode tropis mengacu pada tahun tropis (waktu yang diperlukan Bumi dari titik vernal equinoc ke vernal equinox). Jika periode sideris Bulan adalah 27.32166 hari, maka peridoe tropis Bulan hanya memerlukan waktu 27.321582 hari (27 hari 7 jam 43 menit 4.7 detik)
Sumber: http://astro.physics.uiowa.edu/ITU/courses/general-astronomy/coordinate-systems-angles/the-celestial-sphere.html