Muhammad Dimas Firdaus
Sejak tahun 2014 para pegiat astronomi meperingati Hari Asteroid pada tanggal 30 Juni, tanggal ini dipilih berdasarkan peristiwa Tunguska Siberia yang terjadi pada tahun 1908. Alasan utama diperingatinya hari ini adalah untuk mengedukasi masyarakat terkait keberadaan asteroid di luar Bumi, potensi ancamannya hingga potensi keuntungan yang dapat diperoleh umat manusia.
Beberapa komunitas astronomi melaksanakan kegiatan dalam rangka memperingati hari asteroid, seperti di Indonesia misalnya, Laboratorium Bumi dan Antariksa Universitas Pendidikan Indonesia bekerjasama dengan astronom dari Observatorium Bosscha mengadakan seminar dan worksop terkait eksplorasi asteroid. Masih ada lagi kegiatan lain yang dilaksanakan oleh komunitas astronomi di seluruh dunia.
Ada hal menarik lain dari perhelatan Hari Asteroid Intermasional tahun ini, Misi Osiris-REx yang bertugas untuk membawa sampel batuan dari Asteroid 101955 Bennu berhasil mendarat dan membawa sampel tersebut ke Bumi pada 24 September 2023. Pemilihan Bennu sebagai objek misi ini dikarenakan hasil pengamatan dengan teleskop mengindikasikan bahwa Bennu merupakan asteroid purba yang berperan pada adanya kehidupan di Bumi. Ada ~120 gram sampel yang dibawa dan diteliti dari asteroid tersebut. Penelitian dilakukan di laboratorium milik NASA, Jhonson Space Center.
Penelitian terhadap sampel batuan dari Asteroid Bennu berhasil mengungkap lebih dalam terkait komposisi pembentuk asteroid. Komposisi Bennu didominasi oleh mineral lempung, terutama serpentin serupa dengan batuan yang berada di bawah lapisan kerak Bumi. Penemuan itu sama seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, adapuan penemuan yang di luar dugaan adalah penemuan fosfat yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan komponen biokimia untuk semua kehidupan yang ada di Bumi.
Dante Lauretta selaku penulis dari artikel ini mengatakan “Keberadaan dan kondisi fosfat, bersama dengan elemen dan senyawa lain di Bennu, menunjukkan masa lalu yang berair bagi asteroid tersebut. Bennu berpotensi pernah menjadi bagian dari dunia yang lebih basah. Meskipun demikian, hipotesis ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut.” Hasil dari penelitian ini dipublikasikan pada 26 Juni 2024 di Jurnal Meteoritics and Planetary Science dari The Meteoritical Society.
Lebih lanjut penelitian akan dilakukan di berbagai laboratorium di Amerika dan seluruh dunia. Setiap laboratorium akan dikirimkan beberapa sampel untuk dianalisis. Karena apa yang dibawa dari Bennu membuka cakrawala pengetahuan manusia terkait awal mula proses pembentukan tata surya dan juga kemungkinkan asal mula kehidupan di Bumi.
OIF UMSU