Berabad-abad lampau ketika peradaban baru dimulai, catatan dan cerita turun temurun dalam budaya masyarakat sudah menunjukkan berbagai kisah rakyat yang terkait astronomi. Cerita-cerita dari langit ini memberi interpretasi tersendiri akan objek langit yang mereka lihat, termasuk kalangan suku Batak.
Sejak Zaman dahulu masyarakat Batak telah tertarik dengan Ilmu perbintangan (astronomi) dan ilmu ramalan (astrologi). Pengetahuan ini dicatat mereka pada bambu, tulang dan kulit kayu disebut dengan Kalender peramalan Batak (Parhalaan). Parhalaan pada bambu disebut Bulu Parhalaan, pada tulang disebut Holi Parhalaan, dan pada kulit kayu disebut Pustaha Parhalaan.
Perhitungan kalender penanggalan orang Batak dimulai sejak datangnya nenek moyang pertama ke Tanah Batak (Gunung Toba) untuk mendapatkan pohon kayu “ Hau Batak “ yakni bahan pembuatan tongkat (Tungkot Sisia Lagundi / tongkat bermakna sembilan legendaris) sekitar 2350-an tahun lalu.
Berikut adalah dokumentasi kegiatan Halaqoh Observatorium ke-16 dengan tema Astronomi Batak yang telah berlangsung pada hari Sabtu, 8 Rajab 1441 H / 20 Februari 2021 pukul 14.00-15.00 WIB.