Telah berlangsung diksusi Halaqah Observatorium (09/01/2021) pada sore hari, yang membahas tentang ” Mengenal Bagian-Bagian Astrolabe” yang di sampaikan oleh Wika Maisari, S.Ak . Beliau merupakan bagian dari Tim Planetarium OIF UMSU
Atrolabe adalah perkakas astronomi kuno yang biasa digunakan untuk menerjemahkan fenomena langit. astrolabe juga ilmu yang mengkaji tentang tata cara untuk mengetahui posisi bintang-bintang secara lebih mudah dan teliti, antara lain mengetahui ketinggian, terbit-tenggelam matahari, mengetahui zenit kiblat, mengetahui lintang tempat, dan lain-lain
Bila ditelaah dalam asal-usulnya, astrolabe sesungguhnya berasal dari peradaban Yunani. Hiparchus (abad 2 SM) diduga pernah mengkaji alat ini. Ptolemeus sendiri dalam karyanya “Tasthih al-Kurrah” telah mengemukakan karakteristik alat ini [Roch- Henri, t.t.: 241]. Dalam peradaban Islam, astrolabe dimodifikasi lebih baik, dalam waktu berabad-abad alat ini menjadi satu disiplin ilmu mapan yang terus dipelajari dan di praktikkan. An-Nadim (w. 388 H) menuturkan, muslim pertama yang membuat alat astronomi astrolabe adalah Ibrahim al-Fazzari (w. ± 180 H) [an-Nadim, t.t.: 374]. Al-Biruni (w. 440 H) juga tercatat pernah menggunakan astrolabe mekanik untuk menentukan kalender bulan-matahari. Al-Biruni memiliki satu karya monumental tentang alat ini berjudul “Isti’ab al-Wujuh al-Mumkinah fi Shan’ah al-Usthurlab“.
Astrolabe yang menggambarkan posisi dan komposisi langit terdiri dari banyak instrumen bagian, yaitu: al-halqah atau al-‘ulâqah yaitu tempat digantungkannya astrolabe. Al-‘urwah yaitu bagian yang menghubungkan al-halqah dengan al-Kursy (al-Kursy adalah bagian antara al-‘urwah dan dinding astrolabe). Umm al-usthurlâb yaitu dinding lempengan yang berlubang di titik pusatnya yang menghubungkan lempengan astrolabe. Bulatan lempengan ini diliputi lingkaran rilief (bârizah) yang terbagi dalam empat persegi dengan skala derajat, serta didalamnya terdapat ukiran (pahatan) berbentuk setengah lingkaran yang terbagi kepada 12 bagian [Donald R. Hill : 77]. Ash-shafîhah atau ash-shafâ’ih yaitu lempengan logam bulat berlubang dan rekah disekitarnya serta sedikit menjorok. Pada bagian ash-shafîhah terdapat proyeksi garis lintang pengamat yang menunjukkan titik zenit, meridian, busur lingkaran ketinggian ufuk, serta garis zenit langit dari titik pengamat. Pada bagian pusat ash-shafîhah ini juga terdapat lingkaran peredaran rasi Cancer dan Capricornus. Al-‘ankabut atau asy-syabkah yaitu jaring berlubang dan sedikit menonjol yang memiliki ruang untuk bergerak yang berguna menentukan posisi benda langit. Al-‘ankabut (asy-syabkah) disebut juga peta bintang diantaranya untuk mengetahui Right Accention (mathla’ al-mustaqîm) dan deklinasi (al-mail). Al-‘udhâh atau al-mistharah yaitu tangkai untuk menggerakkan bagian depan astrolabe yang berfungsi mengukur sudut dan ketinggian matahari pada siang hari dan bintang atau planet pada malam hari. Al-mihwar yaitu kutub yang menyatu dengan shafâ’ih dan ‘ankabut yang berlubang di titik pusatnya. Al-fars atau al-hishân yaitu bagian dalam (tengah) astrolabe yang bersambung dengan kutub al-mihwar [Ishâmât al-Hadhârah: 94-95]. (dikutip dari tulisan Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar)
Terima kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi, semoga Halaqah Observatorium ini tetap dapat berjalan lancar pada setiap bulannya
Berikut beberapa dokumentasi kegiatan yang sedang berlangsung :