Muhammad Dimas Firdaus
Awal Desember dimulai dengan berita yang cukup viral terkait “Matahari yang berlubang”. Salah satu beritanya diwartakan oleh spaceweatherlive melalui akun X pada tanggal 2 Desember 2023.
Namun apakah benar Matahari ini berlubang? Bagaimana hasil pengamatan di OIF? apakah dapat mengamati fenomena ini?
Sebelum kita membahas tentang lubang ini, kita berkenalan terlebih dahulu dengan korona, karena lubang ini bernama lubang korona atau coronal holes. Korona adalah lapisan terluar dari atmosfer Matahari. Lapisan ini biasanya terhalangi oleh terangnya sinar dari permukaan Matahari. Oleh karena itu, lapisan ini sulit diamati tanpa perangkat khusus. Namun ada momen khusus yang membuat kita dapat mengamati korona, yaitu ketika Gerhana Matahari Total. Korona memiliki temperatur yang sangat tinggi dibandingkan dengan suhu permukaan Matahari itu sendiri, suhu korona bisa mencapai sekitar 1juta°C, sedangkan suhu permukaan Matahari “hanya” sekitar 5.500°C atau bisa kita sebut suhu korona sekitar 180 kali lebih tinggi dari suhu permukaan Matahari.

Walaupun korona memiliki suhu yang sangat tinggi namun sangat redup untuk dapat diamati, hal ini dikarenakan densitas korona jauh lebih rendah (sekitar 10 kali lebih rednah) dari permukaan Matahari. Lalu mengapa korona jauh lebih panas dibandingkan dengan permukaan Matahari? Hal ini masih menjadi misteri hingga sekarang, namun dari misi yang diluncurkan (IRIS) dapat diketahui salah satu alasan mengapa korona bisa begitu panas. Misi ini menemukan sebuah materi yang dilontarkan dari Matahari menuju korona yang disebut “heat bombs”, material ini sangat panas dan meledak pada korona yang mengakibatkan korona menjadi sangat panas. Namun para astronom percaya bahwa ini hanyalah satu dari sekian banyak alasan mengapa korona dapat begitu panas.
Oke kembali pada permasalahan lubang korona, jadi apakah Matahari benar bener berlubang? Jawabannya tentu saja tidak, foto di atas merupakan hasil pengamatan korona, ya kita telah ketahui tidak dapat mengamati korona tanpa perangkat khusus, hal ini karena suhu yang sangat tinggi. Sehingga foto tersebut diambil pada panjang gelombang energi tinggi yaitu pada panjang gelombang 193 Å. Panjang gelombang ini hanya mengamati atmosfer Matahari, sedangkan lubang tersebut berarti daerah itu memiliki temperatur lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya yang berwarna, jadi tidak benar-benar berlubang. Kendati demikian, lubang ini berkontribusi besar pada badai geomagnetik.
Lubang korona adalah hal lumrah yang terjadi pada atmoesfer Matahari, bukan hal yang tidak lazim. Daerah ini akan melontarkan angin Matahari (solar wind) yang ketika berinteraksi dengan medan magnet Bumi akan menghasilkan badai Matahari atau badai geomagnetik. Wahana antariksa SDO berhasil mendeteksi bahwa lubang ini berukuran 800 km dan melontarkan partikel dengan kecepatan 700 km/detik ke arah Bumi. Fenomena ini dapat menghasilkan badai geomagnetik hingga kelas G2, yang berarti badai sedang, dan berefek pada lintang tinggi. Efek yang mungkin terjadi adalah peringatan pada sistem pembangkit listrik dan gelombang radio frekuensi tinggi. Efek lain yang terjadi adalah akan cukup banyak aurora yang terlihat di lintang tinggi.

Berikut adalah hasil pengamatan tim OIF pada waktu yang berdekatan dengan fenomena tersebut.

Ya, pada hasil pengamatan tim OIF tidak terlihat adanya lubang korona, yang ada hanyalah sunspot. Hal ini disebabkan perbedaan panjang gelombang pada proses pengamatan. Lubang korona hanya dapat diamati pada panjang gelombang energi tinggi (ultraviolet atau sinar-X), sementara pengamatan yang dilakukan tim OIF pada panjang gelombang cahaya tampak, sehingga yang dapat diamati adalah permukaan Matahari. Apakah sama antara lubang korona dan sunspot? Walupun sama-sama terlihat lebih gelap dari sekitarnya yang berarti memiliki temperatur lebih rendah, kedua benda gelap ini berbeda. Beberapa perbedaan di antara keduanya adalah lokasi pembentukannya, lubang korona pada lapisan atas atmosfer, sementara sunspot pada permukaan Matahari, selain itu medan magnet pada lubang korona terhempas ke luar Matahari, sedangkan medan magnet kuat pada susnpot berbentuk lingkaran dan kembali ke Matahari.

OIF UMSU