(Medan:OIFUMSU) Kepala OIF UMSU menjadi narasumber bersama para tokoh Ilmu Falak Indonesia lainnya yang diselenggarakan Islamic Astronomy Student Council (IASC) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema “Peran Observatorium Dalam Penguatan Studi Ilmu Falak Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam” via Zoom. Selasa, (19/10/2021).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.A., M.H., dan Ketua Asosiasi Dosen Ilmu Falak Indonesia (ADFI) Dr. H. Ahmad Izzudin, M.Ag, yang keduanya menjadi kunci sambutan (Keynote Speech) pada webinar nasional tersebut.
Pada webinar tersebut juga terdapat 5 (lima) Narasumber yang hadir yakni Kasubdit Hisab Rukyat & Syariah Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) H. Ismail Fahmi. S.Ag., Guru Besar Ilmu Falak UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. H. Susiknan Azhari, M.A., Astronom Observatorium Boscha Dr. H. Moedji Raharto., Astronom Planetarium & Observatorium Jakarta (POJ) Drs. Widya Sawitar, dan Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) Dr. H. Arwin Juli Rachmadi Butar-butar, M.A. Serta Moderator yang diisi oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Dr. Hj. Maskufa, M.A. yang hadir.
Dr. Arwin selaku salah satu Narasumber pada webinar nasional tersebut menyampaikan pada materinya yakni Observatorium dan Kajian Ilmu Falak di Perguruan Tinggi Agama Islam, mengambil sampel dari kegiatan pelaksanaan lembaga OIF UMSU.
Hal itu dijelaskan oleh Dr. Arwin bahwa yang menjadi kebutuhan Observatorium di Perguruan Tinggi Agama Islam adalah sebuah bangunan observatorium yang di dalamnya terdapat instrumen-instrumen yang dibutuhkan, Sumber daya Manusia, Penelitian, Pendokumentasian, dan yang lainnya.
Yang paling ditekankan oleh Dr. Arwin pada materinya yang Pertama adalah terkait dengan penelitian langit yang menjadi fungsi utama pada Observatorium dan Kajian Ilmu Falak di Perguruan Tinggi Agama Islam.
“Terkait dengan penelitian langit, ini menjadi fungsi utama, fungsi yang paling substantif dari keberadaan sebuah observatorium. Observatorium dalam perkembangannya, jika tidak melakukan penelitian maka ia akan mati, ia tidak berdaya. Maka fungsi utama keberadaan observatorium di sebuah perguruan tinggi itu tidak akan berfungsi secara baik,” jelasnya.
Selanjutnya Dr. Arwin menjelaskan bahwa Sumber Daya Manusia pada Observatorium dan Kajian Ilmu Falak di Perguruan Tinggi Agama Islam itu juga cukup penting. Dan ia juga menjelaskan jika itu tidak ada, Observatorium tidak akan berjalan dengan maksimal.
“Apa pun ceritanya semegah apa pun observatoriumnya, sebesar apa pun alokasi dana yang diberikan, tidak ada SDM yang mengelola, mengerti, memahami secara substantif, secara ilmiah, secara filosofis, secara sosial, maka observatorium itu tidak akan berjalan maksimal.”
Dr. Arwin juga melanjutkan penjelasannya pada manajemen, pendanaan, kelengkapan alat-alat harus berjalan secara beriringan dan seimbang.
Selanjutnya Dr. Arwin menjelaskan beberapa Problem dalam penguatan fisis dan matematis di Perguruan Tinggi Agama Islam yang mana hal itu sangat minim. Hal ini menjadi renungan akibat dari dikotomi ilmu pengetahuan secara umum.
“Dapat dipahami bahwa pengkajian ilmu falak dan astronomi, dua-duanya dalam perkembangan, pencetus tokoh-tokoh yang sama sejak Pra-Islam, zaman Islam, sampai ke Barat dan Indonesia. Tetapi belakangan dipisah-pisahkan sehingga terjadilah dikotomi pada hari ini,” Jelasnya.
Dr. Arwin juga menjelaskan problem lainnya di Perguruan Tinggi Agama Islam yaitu kelemahan konstruksi kurikulum di Indonesia, SKS yang teramat singkat, sedikitnya sumber daya manusia (Dosen), dan terkait dengan kurangnya minat mahasiswa.
“Kontruksi kurikulum ini tampaknya harus di perbaharui dan ini perlu dibicarakan secara bersama. Kemudian karena SKS yang teramat singkat, kita tahu bahwa pengkajian ilmu falak atau mata kuliah ilmu falak itu memadukan banyak hal, ada teori, perhitungan, fikih, praktek lapangan, sosial kemasyarakatan misalnya pengkajian tentang kalender islam global membutuhkan penelaah, penalaran secara filosofis, astronomis, matematis, yang membutuhkan waktu yang banyak. Selanjutnya adalah SDM atau dosen yang ini lagi-lagi diakibatkan masih sedikit SDM Falak di tanah air ditambah lagi dikalangan dosen, tugas dosen itu sangat banyak, selain tugas mengajar juga tugas-tugas administratif, pangkat ini itu dan sebagainya. Dan ini menjadi kendala bagi pengkajian, pengembangan, penginovasian ilmu falak ditanah air.
Kepala OIF juga menutup persentasinya dengan memperkenalkan OIF UMSU dengan peserta yang lain seperti visi-misi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim OIF UMSU.
Berikut Rekaman Kegiatan yang Dilaksanakan