Nova Anggraini, S.Pd
(Tim Planetarium OIF UMSU)
Sumber gambar: Pin hole karya OIF UMSU
Tahukah kamu kamera yang kita gunakan saat ini berawal dari sebuah kotak yang diberi lubang kecil di mana lubang kecil tersebut berfungsi sebagai lensa pada kamera. Kamera ini disebut dengan kamera lubang jarum ( pin hole).
Kamera Lubang Jarum
Kamera lubang jarum atau disebut juga dengan pin hole adalah kamera yang paling sederhana. Kamera tersebut terdiri dari kotak cahaya, beberapa film dan sebuah lubang jarum. lubang jarumnya merupakan sebuah lubang yang sangat kecil dan sederhana seperti ketika jarum melubangi sehelai aluminium foil yang tebal. kamera lubang jarum berasal dari penemuan teori pembentukan citra melalui sebuah lubang kecil dari seorang ilmuwan Cina yang bernama Moing pada abad ke-5 SM. iya berpendapat sinar bergerak melalui garis lurus dan suatu objek akan memantulkan sinar ke segala penjuru. Pada prinsipnya kamera lubang jarum bekerja berdasarkan teori optis cahaya yang masuk melalui lubang kecil kemudian memproyeksikan gambar terbalik pada bagian datar.
Gambar yang terbentuk disebabkan karena sinar cahaya masuk melalui celah lubang kecil lalu bayangan objek yang berasal dari luar terpantul ke ruang film sehingga membentuk bayangan objek gambar yang terbalik. Jika lubang terlalu besar maka akan membuat bayangan menjadi kabur. Tetapi jika lubangnya berukuran kecil gambar yang akan terlihat fokus namun tidak terang. kamera ini hanya bisa digunakan untuk sasaran atau objek yang diam dan terang untuk jumlah lubang sendiri jika lubang lebih dari 1 maka gambar yang terbentuk menjadi eksposur ganda atau sebanyak lubang yang ada.
Sejarah kamera lubang jarum
Kamera lubang jarum tidak terlepas dari seorang filsuf Cina yang bernama Mo Ti (ke-5 SM). Dia mendapati refleksi gambar di luar ruangan melalui lubang kecil (pin hole) ke dalam ruangan yang gelap. Fenomena pin hole itu menarik minat banyak ilmuwan salah satunya pada abad ke-4 SM, Aristoteles berpendapat bahwa “mengapa setelah melalui celah segi empat misalnya anyaman sinar Matahari tidak membentuk segi empat melainkan bundar”.
Selama 16 abad jawaban atas persoalan tersebut belum ditemukan. Teknologi fotografi sederhana mulai terungkap pada abad ke-10 M. Dimana seorang ahli fisika dan matematika berkebangsaan Arab bernama Ibnu al-Haitham yang juga dikenal sebagai Alhazen mencoba membuat formasi bayangan untuk membuktikan bahwa cahaya mengikuti garis lurus. Dengan melakukan percobaan mensejajarkan tiga lilin lalu meletakkan sebuah layar berlubang kecil diantara ketiga lilin dengan dinding. Kemudian dia menyimpulkan terbentuknya bayangan dikarenakan cahaya yang masuk melalui lubang kecil. Selain itu Alhazen juga menjelaskan cara melihat gerhana Matahari menggunakan ruangan gelap yang diberi lubang kecil (pin hole) yang menghadap Matahari.
Untuk pertama kalinya prinsip kerja Alhazen berhasil dikembangkan oleh Reinerus Gemma Frisius (1545), seorang ahli fisika dan matematika dari Belanda yang diterapkan pada prinsip kamera obscura. Kamera obscura adalah kamera pertama yang menggebrak dunia fotografi (kamera = ruangan, obscura = gelap).
Bagian kamera ini adalah sebuah kamar gelap tertutup yang hanya memiliki lubang kecil. Jika kamera dihadapkan pada benda yang diterangi cahaya pada dinding kamar yang berhadapan dengan lubang akan terbentuk gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut. Percobaan pun banyak dilakukan oleh para ahli di masa itu mulai dari astronom sampai ke ahli matematika bahkan pada tahun 1452-1519 Leonardo da Vinci juga telah memanfaatkan kamera tersebut untuk mewujudkan karyanya. Model rancangan kamera obscura inilah yang menjadi lambang icon (pin hole), yang juga disebut sebagai nenek moyangnya kamera.