Oleh : Muhammad Hidayat Wakil Kepala OIF UMSU
Di masa-masa keemasannya, dunia Islam telah melahirkan berbagai tokoh yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga piawai dalam ilmu-ilmu umum, seumpama Astronomi dan Matematika. Di antaranya, kita mengenal Jabir bln Sinan al- Battani, ulama pionir Trigonometri dan penemu hukum Sinus dan Cosinus, Omar Kayyam yang bemama lengkap Ghiyath al-Din Abu al-Fath Umar ibn lbrahim al-Nisaburi al-Khayyami, seorang cendekiawan muslim pakar bidang astronomi, sastra, dan matematika. Karyanya Rubaiyah di bidang sastra sangat terkenal, begitu pula karya monumentalnya di bidang matematika (aljabar) Treatise on Demonstration of Problems of Algebra. Kemudian, Al-Khawarizmi yang bemama lengkap Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi, seorang ilmuwan muslim kelahiran Khawarizm, Iran. Al-Khawarizmi dikenal sebagai ahli di bidang astronomi, geografi, dan matematika. la luga dikenal sebagai pencetus angka 0 dan mengenalkan sistem notasi desimal serta tanda pengkalian dua sebagaimana yang dipakai sekarang.
Ilmu di dalam Islam memiliki sifat Universal, karena sifat dasarnya telah berhasil menghindari terjadinya pertentangan antara wahyu dan akal. Islam dengan sumber pokoknya Al-Quran adalah agama yang amat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Dikotomi ilmu-ilmu agama versus ilmu umum, ilmu dunia versus ilmu akhirat, dan sejenisnya, pada praktiknya lebih banyak memberi dampak negatif dari pada positif. Menurut Mulyadi hal ini cenderung mengarah pada terbentuknya kepribadan terbelah (split personality), dan secara komunal, mengarah pada terciptanya disintegrasi kebudayaan dan peradaban.
Kajian tentang konsep integrasi keilmuan juga sudah dicanangkan oleh berbagai Universitas Islam Negeri di Indonesia, bahwa Sesungguhnya konsep integrasi keilmuan di masing-masing UIN di-Indonesia secara substansial adalah sama, yakni memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu umum dan menghilangkan dikotomi antar dua keilmuan tersebut.
Sekarang kita akan membahas lebih spesifik yaitu Integrasi Matematika dan Astronomi yang memiliki hubungan satu sama lain dan memiliki fungsi yang sangat banyak terkait Ibadah umat Islam dan juga kehidupan sehari-hari. Ilmu-ilmu Matematika, yang pada hakikatnya merupakan studi tentang pengukuran, merupakan bidang kedua setelah metafisika, dan ia dibagi, misalnya, oleh Ibn Khaldun (w. 1402) ke dalam empat subdivisi :
- Geometri, yaitu cabang matematika yang mengkaji tentang kuantitas (pengukuran-pengukuran) secara umum, yang bisa bersifat terputus (discontinous) karena terdiri dari angka-angka atau berkesinambungan, seperti figur-figur geometris. Mereka bisa bersifat satu dimensi, seperti garis, atau tiga dimensi, seperti benda-benda padat matematis (mathematichal solid). Pengukuran-pengukuran dan sifat-sifat yang mereka miliki, baik oleh mereka sendiri atau dalam bentuk gabungan dengan yang lain inilah yang dipelajari dalam geometri.
- Aritmetika, yaitu cabang Matematika yang mempelajari sifat-sifat esensial dan aksidental dari jumlah yang terputus, yang disebut bilangan (number)
- Musik, yakni cabang Matematika yang mempelajari proporsi suara dan bentuk-bentuk (modus)nya dan pengukuran-pengukuran numerik mereka. Hasilnya adalah pengetahuan tentang melodi-melodi musik
- Astronomi, yaitu cabang matematika yang menetapkan bentuk-bentuk bola langit, menentukan posisi dan jumlah dari setiap planet dan bintang tetap, dan memungkinkan kita untuk mempelajari hal-hal tersebut dari gerak-gerak samawi yang bisa kita lihat dari benda-benda langit sferik, presisi mereka dan resesinya.
Setiap cabang Matematika memiliki subdivisinya masing-masing, Namun pada tulisan ini kita akan lebih banyak membahas pada subdivisi yang keempat yaitu Astronomi. Astronomi memiliki satu subdivisi yaitu daftar-daftar astronomis. Ini semua didasarkan pada kalkulasi sesuai dengan kaidah-kaidah aritmetika. Disiplin ini berkaitan dengan alur gerakan-gerakan yang khas bagi setiap bintang dan dengan karakter gerakan tersebut, cepat, lambat, langsung dan sebagainya, sebagaimana yang dibuktikan oleh alat-alat astronomi. Ia berguna untuk menunjukkkan posisi-posisi bintang dalam lingkaran mereka pada waktu tertentu, dengan cara menghitung gerak-gerak mereka sesuai dengan kaidah kaidah yang dikembangkan oleh karya-kakarya astronomis.
Gambar: Koordinat Bola Langit (Sumber: Internet)
Astronomi sebagai khazanah keilmuan di dalam Islam sering pula disebut sebagai ‘ilm al-hai’ah, ‘ilm al-ḥisāb, ‘ilm al-miqāt dan ‘ilm al-falak. Namun dari istilah-istilah tersebut, ilmu falak lebih populer sebagai sinonim dari Astronomi. Kata falak sendiri berasal dari bahasa Arab yang mempunyai persamaan makna dengan kata madār atau orbit. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, falak diartikan sebagai lingkaran langit atau cakrawala. Dilihat dari sisi terminologis, astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerakan-gerakan bintang tetap dan planet-planet. Farid Wajdi mendefinisikannya sebagai ilmu tentang lintasan benda-benda langit, matahari, bulan, bintang, dan planet-planetnya. Senada dengan dua definisi tersebut, Almanak Hisab Rukyat menyatakan astronomi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang bintang, dan benda-benda langit lainnya dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit tersebut serta kedudukannya dari benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan rumusan definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa objek formal Astronomi adalah benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah lintasan dari benda-benda langit tersebut. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada beberapa ilmu yang mempunyai objek formal yang sama dengan astronomi, tetapi berbeda dalam objek materialnya. Di antara ilmu-ilmu yang juga mengkaji benda-benda langit adalah astrologi, astrofisika, astromekanik, kosmografi, dan kosmologi.
Penelitian Astronomi mengarahkan perhatiannya pada cara benda-benda angkasa tersebut bergerak. Langkah berikutnya melalui metode geometris mereduksi keberadaan dari bentuk-bentuk tertentu dan posisi dari benda-benda (bola-bola) angkasa, yang membutuhkan kejadian-kejadian tersebut yang dapat diserap oleh indera. Dengan ketepatan equinox, maka astronomi dapat membuktikan bahwa pusat bumi tidak sama dengan pusat bola matahari. Demikian juga dari gerak langsung dan mundur (retrogate) bintang-bintang, astronomi menyimpulkan adanya bola-bola kecil (epicycles) yang mengelilingi bintang-bintang atau planet-planet yang bergerak di dalam bola lingkaran mereka yang besar. Ia juga dapat membuktikan adanya sebuah bintang yang memiliki beberapa planet atau bulan yang mengitarinya.
Pengetahuan mengenai integrasi Matematika dan Astronomi diharapkan agar umat Islam tidak terjebak dalam pemahaman dikotomis ilmu, agar memahami dan memposisikan bahwa Matematika dan Astronomi merupakan satu kesatuan hierarkies yang tak terpisahkan antara satu dengan yang lain dan dengan cabang-cabang ilmu lainnya. Semua cabang ilmu sejatinya berada dan berasal dari akar yang sama yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.