Hariyadi Putraga
Tim OIF UMSU
Pada tanggal 28 Februari 2025, setelah matahari terbenam, seluruh Indonesia akan melakukan pengamatan hilal awal Ramadan, termasuk di Medan Markas OIF UMSU. Berdasarkan simulasi menggunakan perangkat lunak Stellarium, kondisi langit senja pada pukul 18:48 WIB memperlihatkan fenomena astronomi yang menarik di ufuk barat. Kalian akan dapat melihat hilal—bulan sabit muda yang menandai awal bulan Ramadan—berada sangat dekat dengan horizon. Keberadaan hilal ini disertai oleh tiga objek terang yang tampak di langit senja yang sering di kenal dengan nama Bintang Kejora, Namun tiga titik terang tersebut ternyata :
- Saturnus, yang berada tidak jauh dari bulan. Sebagai planet bercincin yang spektakuler, Saturnus tampak redup dibandingkan Venus, namun tetap menjadi daya tarik bagi pengamat langit. Cincin Saturnus yang ikonik hanya dapat dilihat dengan teleskop, tetapi bagi pengamat dengan mata telanjang, planet ini masih bisa dikenali sebagai titik cahaya yang stabil.
- Merkurius, yang terletak sedikit lebih tinggi dari Saturnus. Planet ini sering kali sulit diamati karena selalu berada dekat dengan Matahari, tetapi pada saat ini, Merkurius cukup tinggi di horizon sehingga lebih mudah dikenali. Sebagai planet terdalam dalam tata surya, Merkurius mengalami perubahan kecerlangan yang cepat dari malam ke malam.
- Venus, sebagai planet paling terang di antara ketiganya, tampak mencolok di atas horizon. Dijuluki sebagai “Bintang Kejora,” Venus sering kali menjadi objek langit pertama yang terlihat setelah matahari terbenam. Cahayanya yang sangat terang membuatnya mudah diidentifikasi bahkan di tengah cahaya senja yang masih bersinar.
Selain itu terdapat, di bagian atas langit juga terdapat beberapa planet lain yang dapat diamati, yaitu:
- Jupiter, yang bersinar terang di langit atas barat. Sebagai planet terbesar di tata surya, Jupiter sering kali tampak sebagai titik cahaya yang sangat jelas dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Dengan teleskop sederhana, pengamat dapat melihat pita awan Jupiter dan bahkan beberapa satelit alaminya, seperti Ganimede dan Io.
- Mars, yang berada tidak jauh dari Jupiter. Planet merah ini memiliki cahaya kemerahan yang khas dan menjadi salah satu objek menarik bagi para astronom. Mars sering mengalami perubahan kecerlangan karena jaraknya yang bervariasi dari Bumi, tetapi saat ini, ia masih cukup terang untuk diamati dengan mudah.
- Uranus, yang meskipun lebih redup, tetap dapat diamati dengan teleskop atau binokular. Planet es raksasa ini terletak jauh di tata surya, sehingga sulit dikenali dengan mata telanjang. Namun, bagi pengamat yang menggunakan alat bantu, Uranus akan tampak sebagai titik kebiruan yang unik di antara bintang-bintang latar belakang.

Signifikansi dalam Ilmu Falak
Pengamatan hilal memiliki peran penting dalam penentuan awal bulan Ramadan, khususnya dalam kalender Hijriyah. Keberadaan hilal yang rendah di ufuk barat dan cahaya senja yang masih terang sering kali menjadi tantangan dalam proses rukyatul hilal. Oleh karena itu, pengamatan ini tidak hanya mengandalkan keterampilan pengamat, tetapi juga didukung oleh teknologi seperti teleskop beresolusi tinggi, kamera CCD, serta filter cahaya untuk meningkatkan visibilitas bulan sabit muda. Peran perangkat lunak astronomi juga semakin signifikan dalam memprediksi posisi hilal secara akurat.
Fenomena langit pada 28 Februari 2025 menjadi momen yang sangat dinantikan oleh umat Islam dalam penentuan awal Ramadan. Selain menjadi bagian dari ibadah, pengamatan hilal pada tanggal tersebut juga menawarkan pemandangan astronomi yang menakjubkan. Formasi planet yang berdekatan dengan hilal memberikan kesempatan langka bagi para pengamat langit untuk menikmati keindahan tata surya di awal malam. Konjungsi antara hilal dan beberapa planet terang akan memperkaya pengalaman visual, terutama bagi para pecinta astronomi.
Bagi yang ingin menyaksikan fenomena ini, disarankan untuk mencari lokasi dengan horizon barat yang terbuka dan minim polusi cahaya. Pegunungan, pantai, atau area terbuka lainnya bisa menjadi pilihan ideal untuk memperoleh visibilitas terbaik. Selain itu, faktor cuaca juga perlu diperhatikan, karena awan yang tebal dapat menghalangi pengamatan hilal dan objek langit lainnya. Dengan persiapan yang matang dan dukungan teknologi, pengamatan hilal dan fenomena astronomi yang menyertainya bisa menjadi pengalaman yang lebih jelas, ilmiah, dan mengesankan.
Selain aspek astronomi, pengamatan hilal juga memiliki dimensi sosial dan keagamaan yang kuat. Kegiatan rukyatul hilal sering kali melibatkan komunitas muslim, ulama, serta lembaga astronomi yang bekerja sama untuk memastikan hasil pengamatan yang sahih. Hasil pengamatan ini kemudian menjadi dasar bagi keputusan resmi dalam penetapan awal Ramadan oleh otoritas keagamaan. Oleh karena itu, pengamatan hilal tidak hanya merupakan aktivitas ilmiah semata, tetapi juga bagian dari tradisi keislaman yang terus berkembang dengan kemajuan teknologi.