Gerhana Bulan merupakan fenomena yang terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada garis lurus yang mana pada momen tersebut Bulan berada pada fase purnama. Tidak seperti gerhana Bulan total, pada momen gerhana Bulan sebagian, tidak semua permukaan Bulan tertutupi oleh bayangan Bumi. Masih ada bagian Bulan yang tersinari Matahari sehingga Bulan pernama akan tampak “tergigit” (lihat gambar).
OIF UMSU lakukan pengamatan Gerhana Bulan Parsial di dua tempat, di Gedung Kampus Pascasarjana UMSU, Jl. Denai, Medan dan di OIF UMSU Cabang Barus, Tapanuli Tengah dengan mempersiapkan total 4 Teleskop canggih, yaitu Teleskop Bresser AR 152 (2 unit), William Optik RPL 53 dan Celestron 90. Minggu dini hari (29 Oktober 2023)
Kegiatan pengamatan dilakukan secara terbatas dan disiarkan langsung di Channel Youtube OIF UMSU. Turut hadir kepala OIF UMSU, Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA dan 16 orang mahasiswa Ilmu Falak UMSU. Dalam kesempatan kesempatan ini, Dr. Arwin menyampaikan bahwa fenomena ini adalah salah satu fenomena yang terbilang rutin diamati dan dilakukan pengamatan untuk publik dan penelitian.
Kali ini, pengamatan dilakukan secara terbatas, internal OIF UMSU dan Mahasiswa Ilmu Falak UMSU. Pada peristiwa gerhana Bulan sebagian (parsial) yang terjadi tanggal 29 Oktober 2023 dini hari, fase dimulai saat Bulan memasuki daerah penumbra pada pukul 01.00 WIB. Setelahnya Bulan perlahan akan memasuki daerah umbra dimana sebagian permukaan Bulan akan tampak tergigit. Fase ini dimulai pada pukul 02.35 WIB dan akan berada pada fase puncaknya di pukul 03.13 WIB. Fase puncak merupakan kondisi maksimum daerah Bulan tertutupi bayangan Bumi. Fase-fase ini berhasil diamati dan didokumentasikan oleh OIF UMSU meskipun sesekali awan menganggu pengamatan. Hasil dokumentasi dapat dilihat di youtube OIF UMSU dan juga dari beberapa gambar di bawah ini.
Di Indonesia, proses gerhana ini terjadi saat Bulan menuju terbenam. Ketika fase puncak gerhana, Bulan berada di Barat pada ketinggian 42°.
Kondisi langit yang tertutup awan tidak menjadi kendala yang cukup berarti karena momen puncak gerhana masih bisa teramati dengan baik. Namun, setelah momen puncak gerhana, turun hujan. Hal ini mengakibatkan proses pengamatan terhenti sehingga fase akhir gerhana tidak dapat teramati.





