Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Kepala OIF UMSU
Mesir adalah negeri yang punya sejarah panjang, diantara keagungan Mesir silam adalah kontribusinya dalam bidang astronomi. Pada mulanya, Mesir kuno melakukan aktivitas astronomi dengan mengamati perubahan penampakan Bulan sekaligus menjadikan Bulan sebagai standar rutinitas kehidupan. Aktivitas lain Mesir kuno dalam astronomi diantaranya adalah perhatian mereka yang demikian rutin terhadap fenomena banjir sungai Nil. Dalam kenyataannya terjadinya banjir sungai Nil tersebut selalu beriringan dengan munculnya bintang Sirius (dalam bahasa Arab dan al-Qur’an dikenal dengan “asy-syi’râ), yaitu bintang yang muncul pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus. Karena munculnya bintang ini selalu bersamaan dengan datangnya banjir sungai Nil setiap tahun, masyarakat Mesir kuno menjadikan fenomena ini sebagai dasar aktivitas harian, bulanan, dan tahunan. Dengan fenomena banjir ini pula Mesir kuno dapat melakukan perhitungan kalender.
Mesir kuno menetapkan masa satu tahun 365 hari, dengan jumlah hari satu bulannya genap dan tetap yaitu 30 hari, yang berarti masa satu tahun atau 12 bulannya berjumlah 360 hari. Lima hari atau enam hari sisa ditambahkan di akhir tahun sebagai hari interkalasi (nasî’) yang dimuliakan dan dijadikan sebagai hari raya dan hari libur akhir tahun. Temuan kalender Mesir kuno ini banyak menjadi standar penanggalan yang diikuti oleh peradaban-peradaban yang datang sesudahnya.
Kalender Koptik terhitung sebagai kalender sistem Matahari, durasinya 365 hari, yaitu kurang 0,2422 hari atau 5 jam 48 menit 46 detik dari tahun Matahari sesungguhnya. Kalender ini tidak berpatokan pada fenomena alami Matahari, namun berpatokan pada bintang Sirius yang muncul di malam hari menjelang musim panas. Munculnya bintang ini secara bersamaan ditandai dengan datangnya banjir sungai Nil. Munculnya bintang Sirius dan datangnya banjir sungai Nil hingga berikutnya bertepatan 365 hari, sehingga dengan patokan ini Mesir kuno menjadikannya sebagai penanggalan (kalender).
Fenomena bintang Sirius ini ditemukan bangsa Mesir kuno melalui pengamatan yang panjang khususnya melalui terbit-tenggelam Matahari. Kalender ini secara resmi dimulai pada masa Daqianus (w. 313 M), seorang raja Romawi yang berkuasa antara tahun 284-305 M, yang menguasai penduduk Qibth. Qibth atau Aqbāth (Koptik) adalah gelar yang disematkan untuk penduduk Mesir secara umum sejak masa kekuasaan raja-raja Fir’aun, sehingga kalender ini disebut Kalender Koptik. Bulan-bulan dalam Kalender Koptik berjumlah 30 hari, yang berarti masa satu tahunnya berjumlah 360 hari. Sementara sisa 5 hari ditambahkan dipenghujung tahun yang disebut ayyām an-nasī’ (hari interkalasi) atau al-lawāhiq dan disebut juga dengan bulan kecil (asy-syahr ash-shaghīr) yang sekaligus dijadikan sebagai hari libur akhir tahun.
Dalam praktiknya, penggenapan satu tahun 365 hari ini menyebabkan setelah berlalunya masa selama 1460 tahun akan terjadi kesalahan atau selisih selama 365 hari atau satu tahun. Mesir kuno menyadari hal ini, dan hal ini mereka namakan sebagai siklus spedt yaitu periode bintang Sirius.
Sejak tahun 238 SM, Mesir dimasuki oleh kaum Nasrani. Dalam praktiknya pengaruh para pendeta Nasrani dalam penanggalan sangat signifikan, tepat tahun 238 SM Mesir kuno mulai menggunakan aturan tahun kabisat yaitu menjadikan masa satu tahunnya 365 1/4 hari dengan menjadikan tiap-tiap tahun keempat sebagai tahun kabisat dengan jumlah hari 366. Penggunan sistem kabisat ini pada awalnya tidak dipatuhi secara konsisten oleh Mesir kuno.
Seperti ditegaskan, penanggalan Mesir ini menggunakan tahun matahari, bulan-bulannya diadopsi dari sejak masa Fir’aun, sementara permulaannya dimulai dari masa kaum Nasrani. Dalam praktiknya lagi, dalam masa (kesatuan) 28 tahun penanggalan Mesir kuno akan terjadi 7 kali pengkabisatan, yaitu jumlah satu tahunnya 366 hari dan hari interkalasinya sebanyak 6 hari. Tahun-tahun kabisat itu akan terjadi pada tahun-tahun berikut: tahun ke-3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, sementara selebihnya, yaitu tahun 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28 tetap 365 hari dengan hari interkalasi 5 hari.
Ketika Imperium Romawi menguasai Mesir (sekitar tahun 284 M), Mesir kuno mulai menggunakan sistem Kalender Koptik, yang merupakan lanjutan dari kalender Mesir kuno yang terus digunakan dan dikenal hingga saat ini, dengan tetap berpedoman pada tahun matahari dengan panjang masa satu tahun 365 1/4 hari. Kalender Koptik ini secara tidak resmi masih digunakan penduduk Mesir hingga saat ini. Adapun nama-nama bulan dalam kalender koptik adalah sebagai berikut: Tūt, Bābah, Hatūr, Kiyāhk, Thūbah, Amsyīr, Barmahāt, Barmūdah, Basyans, Ba’unah, Abīb, Misrā.[]