Wika Maisari
Tim Planetarium OIF UMSU
Astrolabe adalah instrument astronomi yang digunakan untuk menentukan posisi benda-benda langit. Pada zaman dahulu astrolabe merupakan perkakas astronomi kuno yang paling sering digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit dan fenomena langit. Peminat instrumen ini sangat banyak karena alat ini dapat digunakan untuk menentukan waktu, posisi Matahari, Bintang, Bulan dan Planet.
Berkaitan dengan asal-usul tentang astrolabe ini siapa yang menemukan tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat diduga berasal dari zaman Yunani. Namun beberapa sumber Arab menyebutkan bahwa astrolabe berasal dari zaman Nabi Idris yang memiliki seorang anak yang bernama Lab. Lab sendiri memiliki pengetahuan di bidang astronomi.
Dalam bahasa Yunani, astrolabe disebut astrolabon, yang dapat di artikan astro adalah bintang dan labon adalah pengintai. Jadi dapat kita simpulkan bahwa astrolabon adalah alat untung mengamati bintang-bintang dilangit atau secara singkat bisa dikatakan sebagai peta bintang. Perbedaan astrolabe dengan peta langit iyalah, jika peta langit hanya dapat digunakan mencari bintang, astrolabe dapat digunkan untuk menemukan waktu.
Gambar Astrolabe yang ada di ruang instrumen OIF UMSU
Prinsip astrolabe ditemukan sebelum abad ke-dua sebelum Masehi. Astrolabe kemudian dimengerti dengan baik pada abad ke-empat masehi dsn kemudian menjadi umum pada abad ke tujuh Masehi. Astrolabe digunakan secara luas lebih dari 1.000 tahun tanpa perubahan yang berarti dengan bentuk dasarnya.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncullah ilmuwan-ilmuwan muslim yang terus mengembangkan alat-alat astronomi. Dan astrolabe pun menjadi instrumen yang sangat penting karena fungsinya yang signifikan dalam kehidupan. Pada zaman pra islam alat ini berguna untuk kepentingan yang berhubungan dengan ibadah seperti penentu waktu salat dan juga waktu berpuasa.Di zaman pra islam juga muncul berbagai modifikasi tentang atrolabe, antara lain seperti, lempengan, lingkaran, linier datar, bola, dan juga prisma.
Pada era Islam abad pertengahan, astrolabe terutama digunakan ubtuk mempelajari astronomi, navigasi, survey, penentu waktu salat, serta menenrtukan arah kiblat. Astrolog dari Eropa menggunakan astrolabe untuk horoscop. Astrolabe juga sudah menjadi sarana penelitian ilmiah terpenting dimana fungsi utamanya mampu memecahkan segenap persoalan segi tiga bola astronomi dan matematika terkait sinus, cosinus,sekan, kosekan, tangen, kotangen, dan lainnya. Begitu juga dengan ilmuwan muslim Al-Biruni (w 440/1048) ia mengonstruksikan astrolabe untuk menentukan kalender Bulan-Matahari. Al-Biruni juga merekonstruksikan intrumen astrolabe ini disebut dengan planisphere. Pemikiran Al-Biruni sendiri terekam dalam karyanya yang berjudul “Isti-ab al-Wujuh al-Mumkinah fi Shan’ah al-Usturlab” ( Pemenuhan Bentuk-Bentuk yang Memungkinkan Tentang Pembuatan Astrolabe).