Oleh: Hasrian Rudi Setiawan*
Penulis Tim OIF UMSU
Al-Biruni merupakan ilmuwan muslim yang sejaman dengan al-Haitsam, Al-Biruni lahir pada pada 4 September 973 M di Provinsi Khurasan, di Timur Laut Persia. Nama lengkap beliau adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni. Sama seperti anak-anak lain di masanya, ia dididik di usia muda dengan mempelajari bahasa Arab dan Persia, ilmu-ilmu Islam yang mendasar dan ilmu pengetahuan alam. Al-Biruni merupakan ilmuwan muslim yang menekuni dalam berbagai bidang kajian ilmu, diantaranya adalah bidang kajian kajian matematika, geografi, kronologi dan astronomi, yang pada akhirnya dia menjadi seorang spesialis dalam bidang ilmu tersebut.
George Sarton, seorang ahli kimia dan sejarawan Amerika kelahiran Belgia, mengibaratkan Al-Biruni sebagai Leonardo da Vinci-nya Islam karena penguasaannya terhadap berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sementara K. Ajram menilai kalau Leonardo da Vinci adalah Al-Biruni-nya Kristen. Alasannya, Al-Biruni hidup lima abad lebih dahulu dari pada da Vinci. Sehingga sumbangsih Al-Biruni dalam ilmu pengetahuan lebih orisinil.
Al-Biruni dikenal sebagai seorang ilmuwan eksperimentalis. Al-Biruni merupakan ilmuwan yang melakukan penelitian ulang terhadap teori-teori yang sudah ada, mengembangkan teori-teori yang sudah ada, serta membuat teori baru terhadap sesuatu yang belum pernah diteliti oleh ilmuwan sebelumnya. Al-Biruni juga membantah hasil temuan dari Aristoteles yang meyakini bahwa penglihatan diakibatkan oleh sinar yang memancar dari mata dan menuju suatu benda. Sementara, Al-Biruni menyatakan bahwa penglihatan merupakan hasil pantulan cahaya pada benda yang masuk ke mata.
Al-Biruni juga membuat alat-alat canggih yang mengungguli dari ilmuwan sebelumnya, seperti Abu Sa’id Sijzi telah menciptakan Astrolabe heliosentris yang dinilai akurat. Namun Al-Biruni tetap membuat dan mengembangkan Astrolabenya sendiri. Astrolabe yang diberi nama al-Ustawani tersebut tidak hanya dapat mengukur gerak benda langit, tapi juga bisa mengukur lokasi-lokasi di bumi yang sulit dijangkau seperti gunung. Al-Biruni juga melakukan penelitian terhadap sesuatu ilmu pengetahuan yang belum pernah dilakukan oleh ilmuwan sebelumnya. Salah satu sumbangsih orisinil Al-Biruni adalah keliling bumi. Al biruni dapat melakukan hal tersebut pada abad ke-11, ketika itu masih ramai di perbincangkan apakah bumi bulat ataukah datar. Dalam buku Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, di sebutkan bahwa Al-Biruni menggunakan pendekatan perhitungan trigonometri dan memakai Astrolabe al-Ustawani buatannya sendiri untuk menghitung keliling bumi.
Diantara beberapa karya tulis dari Al-Biruni dalam bidang Astronomi adalah unsur astrologi yang menjadi buku teks dalam mengajarkan Quadrivium berabad-abad. Sedangkan Qanun Al-Mas’udi, merupakan karya tulis Atronomi miliknya yang paling komperhensif dalam astronomi Islam. Dengan demikian, Al-Biruni merupakan ilmuwan muslim yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang Astronomi yang sampai hari ini menjadi rujukan dunia.