Oleh: Muhammad Hidayat
Tantangan pendidikan pada abad ke-21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang dapat dibangun melalui pengintegrasian Information and Communication Technology (ICT) dalam proses pembelajaran. Kebutuhan akan keterampilan dalam bidang ICT dewasa ini sangat mendesak, dimana kondisi ini sangat penting bagi semua kalangan untuk mampu berperan lebih kompetitif dalam menguasai perkembangan zaman.
Hal ini sama dalam upaya menguasai bidang keilmuan tertentu yang ternyata kemampuan dan penguasaan ICT sangat menentukan. Begitu pula dengan pendidikan, dimana perkembangan ICT telah sejak lama dimanfaatkan. Tujuan dalam pengintegrasian Information and Communication Technology (ICT) dalam proses pembelajaran diperlukan adanya tenaga pendidik yakni seorang guru. Adanya guru yang berkompeten dan profesional merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Menurut UNESCO (2005: 22) pendidikan modern guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran ICT bagi guru, maka pengintegrasian ICT dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan dirinya untuk: (1) menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dan (2) dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Oleh karena itu keterampilan guru dalam memanfaatkan ICT sangat diperlukan untuk mendukung adanya proses pembelajaran.
Dalam perkembangan pembelajaran Ilmu Falak di Kampus-kampus cenderung stagnan, karena semua kegiatan tergantung pada program dan pendanaan dari pemerintah pusat. Dalam bidang pendidikan penerapan ICT dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana ICT dapat memperbaiki komunikasi dan motivasi antar pemangku kepentingan terkait seperti, manajemen sekolah, guru, murid, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Information and Communication Technology (ICT) dapat mendukung proses belajar-mengajar di sekolah serta meningkatkan kualitas pengajaran dengan memfasilitasi akses ke situs web yang bertema pendidikan, meningkatkan keterampilan pemanfaatan ICT dan interaksi di antara sekolah-sekolah, murid dan guru.
Konsep Pembelajaran ICT
Terkait dengan pengertian ICT banyak pakar pendidikan memberikan defenisi mengenai ICT, seperti yang dipaparkan oleh Thomson, Ganxglass, dan Simon bahwa ICT merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh ICT (pembelajaran elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (data base, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara (secara langsung atau synchronous dan secara tidak langsung atau asynchronous).
ICT merupakan bentuk pembelajaran atau pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, video/audio broadcasting, video/audio conferencing (secara langsung dan tidak langsung). Kegiatan ICT termasuk dalam model pembelajaran individual. Menurut Loftus (dalam Siahaan, 2004: 5) kegiatan ICT lebih bersifat demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional, karena peserta didik memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau raguragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya.
Profil peserta ICT adalah seseorang yang :
(1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara bersungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri
(2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri terus menerus, dan yang menyenangi kebebasan
(3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusan sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui ICT, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan.
Rosenberg (dalam Rusman, 2010: 3) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam ICT, yaitu:
- ICT bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah pentingdalam ICT, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
- ICT dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakanstandar teknologi internet, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantudigital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapitidak bisa digolongkan sebagai ICT.
- ICT terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusipembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan mengemukakan bahwa saat ini ICT telah berkembang. Suyanto (2005: 3) mengemukakan bahwa saat ini ICT telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance ICT, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC(Learner Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web Based, Training).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran ICT digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Pembelajaran ICT dilakukan sebagai upaya menghubungkan pebelajar (pesertadidik) dengan sumber belajarnya (database, pakar atau instruktur, perpustakaan) yangsecara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung.
Fungsi Pembelajaran ICT
ICT sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, hal ini dikarenakan guru yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan dari bahan pelajaran yangdiberikan pada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan ICT, maka bahan pelajarn sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa, terutama bahan pelajaran yang rumitatau kompleks. Sebagai alat bantu, ICT mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses pembelajaran dengan bantuan ICT mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Walaupun demikian, penggunaan ICT sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Pada dasarnya pembelajaran ICT memiliki beberapa fungsi, Winataputra (2005: 59) :
- Penggunaan pembelajaran ICT bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
- Pembelajaran ICT merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung salah satu komponen yang tidak berdirisendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
- Pembelajaran ICT dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan ICT dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.
- Pembelajaran ICT bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankannya hanya sekedar untuk permainannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa saja.
- Pembelajaran ICT berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandungarti bahwa dengan pembelajaran ICT siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
- Pembelajaran ICT berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran ICT akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
- Pembelajaran ICT meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme. Menurut Siahaan (2009: 5), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction).
Suplemen (tambahan) dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Komplemen (pelengkap) dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepadapeserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan
untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didiksemakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas. Substitusi (pengganti) dikatakan sebagai substitusi apabila ICT dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet,atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Kesimpulan
Dalam setiap kebijakan pemerintah untuk memajukan pendidikan, selalu diikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan. Tetapi berbagai kegiatan tersebut hanya menambah pengetahuan pendidik dan kurang mampu merubah cara pemikiran apalagi perilaku. Kebanyakan pendidik masih memiliki pemikiran, bahwa proses pembelajaran adalah sekedar menyampaikan materi pelajaran, sehingga perubahan kurikulum kurang mampu merubah proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam meningkatkan penguasaan ICT adalah meliputi kegiatan pembelajaran secara tatap muka teori dan praktek serta kegiatan field work dengan maksud untuk memadukan pengalaman wawasan yang diperoleh dari pembelajaran dengan aplikasinya di sekolah atau lembaga pendidikan yang ditunjuk.
Kehadiran teknologi khususnya teknologi komputer yang biasa memberikan dukungan terhadap proses penbelajaran baik sebagai alat pembelajaran, sebagai ntutor untuk menyajikan informasi dalam pembelajaran berbantuan komputer (computer assisted instruction) berbentuk pelatihan dan pengulangan maupun tutorial, dan komputer sebagai tutee dalam belajar mengenal program komputer.
Padangan pendidik bagaimana proses belajar terjadi akan berimplikasi terhadap pilihan strategi integrasi teknologi antara hardtechnology dan softtechnology karena berimplikasi terhadap preskripsi pembelajaran bagaimana akan dilaksanakan dan teknologi akan difungsikan di dalam proses pembelajaran. Adapun pandangan tersebut di bagi menjadi dua yaitu pandangan obyektivitas yang banyak di pengaruhi oleh teori belajar behavioristik dan teori kognitif terutama model pemrosesan informasi. Kemudian pandangan konstruktiivistik yang merupakan cabang evaluasi dari teorii belajar kognitif. Kedua pandangan tersebutt membentuk asosiasi terhadap bentuk aplikasi teknologii dalam pembelajaran misalnya program CAI. Oleh karena kedua pandangan tersebut memiliki nilai potensial dan berarti untuk membantu proses belajar dan pembelajaran dalam menncapai tujuan di era digital dan teknologi (Pujiriyanto,2012: 104-105).
Integrasi teknologi di dalam proses pembelajaran Ilmu Falak berarti ada proses untuk mengintegrasikan antara materi pembelajaran dan strategi pembelajaran. Perkembangan teknologi membawa tuntunan baru kemampuan mengkombinasikan dan mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik pembelajaran disertai komitmen kualitas. Pengetahuan tentang materi (PM), pendagogi pembelajaran (PP), dan teknologi (PT) dalam praktik pembelajaran tidak bekerja terpisah namun saling bekerja sama. PMPT adalah sebagai paket pengetahuan sebagai hasil interaksi dari ketiga pengetahuan tersebut dan sangat berbeda dengan pengetahuan tersebut secara terpisah yaitu PM, PP dan PT. PMPT dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran melalui pengintegrasian teknologi secara efektif. Pada dasarnya PMPT adalah pengetahuan atau konsep tentang penggunaan teknologi, teknik pembelajaran menggunakan teknologi dengan cara konstruktif, memahami bahwa suatu konsep ada yang sulit dan mudah bagi siswa dan menentukan bagaiman teknologi bisa mengemabnagakan dan membantu, pemahaman pengetahuan awal siswa dan epistimologi tentang pengetahuan: pengetahuan bagaimana teknologi bisa membangun pengetahuan awal dan mengembangangkan cara-cara baru untuk memperkuat pengetahuan tersebut menjadi sangat penting (Pujiriyanto, 2012: 112-113).