RASA AIR LAUT? COBA TEBAK!
Oleh: Sri Pita
Colombus dalam menyiapkan rencana pelayarannya, apalagi untuk pelayaran jarak jauh yang belum diketahui secara pasti kapan akan sampai, maka persiapan yang paling utama adalah menyiapkan bahan makanan yang cukup. Sudah barang tentu yang dimaksud dengan bahan makanan di sini, termasuk pula air. Ya, air. Air tawar, air untuk minum, air untuk masak, dan air untuk menanak nasi atau membuat roti dari gandum. Para pelaut menyadari betul akan arti penting adanya air tawar selama dalam pelayaran. Bagaimana dengan kebutuhan air untuk keperluan buang air dan mandi? Ya pakai air laut. Lalu dibilas dengan air tawar, seperlunya, itu pun kalau masih ada. Air tawar diutamakan untuk makan dan minum. Bagi mereka yang sudah pernah atau biasa berlayar berhari-hari , soal kebutuhan air ini tidak menjadi masalah.
Anak buah Columbus dan para pelaut Eropa pada umumnya bila ditanyakan mengenai bagaimanakah rasa air laut, jawabannya pasti asin. Mungkin juga anda (maaf) akan menjawab bahwa rasa air laut adalah asin.
Akan tetapi kalau pertanyaan “bagaimanakah rasa air laut” tersebut ditujukan kepada pelaut Muslim, jawabannya pasti berbeda. Lho, kok bisa? Sabar, anda pasti ingin tahu sebabnya bukan? Begini:
Para pelaut Muslim pada umumnya akan mengatakan bahwa rasa air laut itu ada yang tawar dan asin! Jadi, menurut pelaut Muslim air laut itu ada yang rasanya tawar lagi segar untuk diminum, tapi ada juga air laut yang rasanya asin lagi sedikit pahit hingga tidak bisa diminum. Dari mana para pelaut Muslim mengetahui tentang rasa air laut itu ada dua macam, tawar dan asin? Jawabannya sudah pasti: dari al-Quran. Setelah mengetahui keterangan dari al-Qur’an, bahwa air laut itu rasanya tawar dan asin, para pelaut Muslim juga membuktikan kebenarannya di laut.
Seperti diketahui, para pelaut Muslim selain berlayar di sekitar Laut Tengah, Samudra Atlantika di sebelah barat Afrika, Laut Merah, Laut Arab, Teluk Persia dan juga Samudera Hindia di sebelah timur Afrika. Pelaut Arab mendapatkan air laut yang rasanya tawar di sekitar Teluk Persia yang dinamakan Syath al-Arab. Selain itu rasa air laut yang tawar juga ditemukan pelaut Muslim di sekitar delta Sungai Nil. Apa yang dikatakan pelaut Muslim tentang rasa air laut ada yang tawar dan ada yang asin, sebenarnya pernah juga dialami pelaut dan anak buah Colombus ketika sampai di ujung utara Amerika Selatan, tidak jauh dari muara Sungai Orinoco.
Kembali pada soal rasa air laut itu ada yang rasanya tawar dan ada yang rasanya asin, sebenarnya sudah dimuat di dalam al-Qur’an. Coba perhatikan ayat-ayat berikut ini:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخاً وَحِجْراً مَّحْجُوراً ﴿٥٣﴾
“Dan Dialah yang mempertemukan (berdampingan) dua laut yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada batas dan penghalang yang tidak terlampaui (QS. Al-Furqan,25:53).
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِن كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْماً طَرِيّاً وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿١٢﴾
“Tidak sama antara dua buah lautan. Ini tawar, segar masing-masing, kamu memakan daging (ikan) yang segar dan dapat mengeluarkan perhiasan (mutiara) yang kamu memakainya, dan kamu lihat padanya bahtera membelah (laut) agar kamu mencari karuniaNya, dan mudah-mudahan kamu bersyukur (QS. Fathir, 35:12).
Dari kedua ayat tersebut di atas, tampak bahwa antara dua air laut rasanya tawar dan ada yang rasanya asin, ada suatu dinding pemisah yang tidak tampak. Adanya suatu “dinding pemisah ini dipertegas lagi melalui ayat al Qur’an berikut ini:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ ﴿١٩﴾ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ ﴿٢٠﴾
“Dia mengalirkan dua laut yang keduanya bertemu antara keduanya ada batas yang tidak dilampauinya (QS. Ar-Rahmaan, 55:19-20).
Selain masalah rasa air laut yang tawar dan asin, ayat-ayat tersebut juga menyebutkan asalnya kekayaan alam yang tersimpan pada kedua laut yang rasanya tawar dan asin tersebut, yaitu bermacam jenis ikan yang dapat dimakan dan mutiara yang indah untuk perhiasan. Lagi-lagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ingin menunjukkan kem melalui hasil ciptaan Nya yang ada di laut! Subhanallah. Sekedar untuk diketa- hui bahwa di Indonesia juga banyak ditemukan laut yang rasanya tawar dan asin, misalnya yang dapat ditemukan di Teluk Baron, objek wisata yang terletak di sebelah selatan Wonosari, DIY. Teluk Baron walaupun mendapat hempasan gelombang laut dari samudra Hindia, tetapi air lautnya tetap tawar lagi segar dan dapat diminum.[Sumber: Wisnu Arya Wardhana. 2009. Colombus Menemukan jejak Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.]