Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU
Syarah (Arab: asy-syarh, asy-syuruh) adalah corak penulisan karya yang berkembang dalam tradisi literasi Islam. Karya-karya syarah merupakan bentuk improvisasi dan pengembangan dari seorang penulis (mu’allif) sesuai dengan kemampuan dan kedalaman pengetahuannya. Secara praktis karya syarah berawal dan berasal dari karya matan yang ditulis oleh seorang ulama dan selanjutnya mendapat komentar (syarh) dari murid atau tokoh yang datang sesudahnya. Tradisi ini telah berjalan lama di dunia Islam tanpa terkecuali di Nusantara, dan tanpa terkecuali dalam karya-karya ilmu falak.
Dalam batas-batas tertentu karya-karya syarah memiliki kepopuleran dan urgensi lebih tinggi dari teks (matan), sebab sebuah karya matan yang sedemikian singkat dan padat lalu dijabarkan secara luas oleh seorang pengarang dalam karya syarahnya tentunya memiliki arti penting dan posisi lebih tinggi. Secara substansi karya-karya falak dalam bentuk syarah menjelaskan hal-hal sulit dan rumit dalam sebuah teks (matan) sehingga pembaca dapat memahami secara baik dan sempurna apa yang dimaksud oleh seorang ulama dalam karya matan. Selain itu karya syarah muncul disebabkan karena teks matan tidak mampu memenuhi kebutuhan praktis terutama yaitu penjelasan yang lebih luas dan mudah dipahami.
Dalam tradisi literasi ilmu falak, karya dengan genre syarah memiliki posisi istimewa oleh karena terdapat urgensi dan substansi di dalamnya. Seperti diketahui kajian-kajian dalam ilmu falak pada umumnya memiliki dan berkaitan dengan aspek sains secara teoretis dan praktis, demikian lagi terkait dengan pemahaman dan penggunaan alat-alat (instrumen) tertentu yang membutuhkan penjabaran yang lengkap dan mudah dipahami. Praktis karya-karya falak dalam bentuk matan yang bersifat ringkas dan padat akan sulit dipahami terutama untuk kalangan awam dan pemula tanpa adanya penjabaran yang lebih luas. Secara substansi karya syarah menunjukkan bahwa seorang pengarang memiliki kedalaman dan perspektif yang luas yang mana ia mampu menjabarkan berbagai persoalan falak dengan baik.
Selain itu, karya syarah juga berfungsi mengkritisi pendapat dan pemikiran seorang tokoh (pengarang) sebagaimana dalam karya matan yang mana hal ini menunjukkan adanya dinamika dan dialektika intelektual. Tradisi semacam ini merupakan hal lazim tanpa terkecuali dalam karya-karya falak Nusantara. Dalam perkembangannya lagi karya-karya ilmu falak dalam bentuk matan adakalanya terdiri lebih dari satu syarah yang menunjukkan karya matan itu memiliki posisi penting dan diminati.
Dalam faktanya lagi karya-karya falak dalam bentuk syarah banyak menghiasi dalam penulisan karya-karya ilmu falak Nusantara yang menunjukkan geliat dan respons intelektual yang tinggi terhadap persoalan-persoalan ilmu falak yang berkembang di tengah masyarakat ketika itu. Dalam kajian ilmu falak modern, karya-karya falak dengan genre syarah memiliki fungsi signifikan oleh karena selain menjelaskan hal-hal sulit dan rumit dalam sebuah teks (matan), saat yang sama ia merupakan respons atas fenoemena di tengah masyarakat. Karya-karya falak semacam ini juga amat berkembang di kalangan ulama falak Arab yang tampaknya ulama-ulama falak Nusantara terinspirasi dan mengikuti tradisi tersebut. Dalam praktiknya di Nusantara silam ada cukup banyak karya falak berbentuk syarah baik yang sudah diterbitkan maupun masih dalam bentuk naskah manuskrip, atau ada pula yang sudah hilang alias punah.
Beberapa karya falak berbentuk syarah yang ditulis oleh ulama Nusantara antara lain: Kitab “Tashrih al-‘Ibarat ‘ala Natijah al-Miqat fi al-‘Amal bi ar-Rub’ al-Mujayyab” karya Syaikh Muhammad Ihsan Jampes (w. 1371 H/1952 M) yang merupakan syarah atas kitab “Natijah al-Miqat fi al-‘Amal bi ar-Rub’ al-Mujayyab” karya Syaikh Ahmad Dahlan Semarang (w. 1911 M). Lalu kitab “al-Qaul al-Mufīd Syarh Mathla’ as-Sa’īd” karya Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1334 H/1915 M), yang merupakan syarah “al-Mathla’ as-Sa’īd” karya Syaikh Husain Za’id Mesir (w. 1887 M). Seperti dikemukakan Syaikh Ahmad Khatib sendiri, motivasi penulisan atas syarahnya ini adalah dalam rangka agar pemahaman terhadap kitab ini tidak hilang dan tidak dilupakan.

Kitab “Tashrih al-‘Ibarat ‘ala Natijah al-Miqat fi al-‘Amal bi ar-Rub’ al-Mujayyab” yang merupakan syarah atas kitab berjudul “Natijah al-Miqat fi al-‘Amal bi ar-Rub’ al-Mujayyab” karya Syaikh Ihsan bin Muhammad Dahlan Jampes (t.tp., t.t.)

Mukadimah naskah “al-Qaul al-Mufīd Syarh Mathla’ as-Sa’īd” karya Ahmad Khatib Minangkabau (koleksi Museum PEDIR Aceh)
Adapun keistimewaan karya-karya ilmu falak dalam bentuk syarah dapat dilihat dalam dua hal berikut: pertama, karya-karya falak berbentuk syarah menyediakan penjelasan yang luas dan komprehensif dari satu persoalan. Sebab karya-karya dalam bentuk matan, terutama karya berbentuk nazhm (syair) penjabarannya singkat bahkan adakalanya tidak ada penjelasan sama sekali. Dengan hadirnya karya-karya syarah maka akan diperoleh penjelasan yang lebih mudah. Diantara karya falak berbentuk syarah yang menjelaskan matan berbentuk syair antara lain kitab “‘Ilm al-Falak Syarh Nazhm al-Fadhil Aby al-Hasan Ali bin Aby ar-Rijal al-Katib al-Qairawany” karya Tuan Guru Haji Abu Bakr bin Haji Hasan Muar, yang merupakan syarah atas bait syair falak yang ditulis oleh Abu al-Hasan Ali bin Aby ar-Rijal al-Katib al-Qairawany, yang dalam uraiannya, baik Ibn Abi ar-Rijal maupun Tuan Guru Haji Abu Bakr bin Haji Hasan Muar tidak memberi bab atau sub-bab pembahasan khusus seperti halnya dalam kitab-kitab ilmu falak pada umumnya.

Kitab “‘Ilm al-Falak Syarh Nazhm al-Fadhil Aby al-Hasan Ali bin Aby ar-Rijal al-Katib al-Qairawany” karya Tuan Guru Haji Abu Bakr bin Haji Hasan Muar (w. 1357 H/1938 M). Diterbitkan oleh Khazanah Fathaniyah tahun 1439 H/2018 M, yang merupakan koleksi Haji Wan Mohd Shaghir Abdullah.
Kedua, karya syarah membantu memperkaya kosa kata dalam bahasa Arab. Kekayaan terhadap penguasaan kosa kata dalam bahasa Arab sangat membantu pemahaman pembaca. Dalam praktiknya adakalanya seorang pengarang menjelaskan setiap kata dengan cara menyebutkan kata-kata yang semakna atau menjelaskan lawan kata darinya. Adakalanya lagi dijelaskan makna kosa kata, frasa dan atau kalimat dengan penjelasan lebih luas dan lebih lengkap. Bentuk syarah seperti ini sangat membantu dan memperluas wawasan pembaca terhadap suatu topik yang terkait ilmu falak. Diantara karya falak dengan penjabaran (syarah) model ini adalah kitab “Syarh Tsamarāt al-Wasīlah al-Musammā bi al-Mawāhib al-Jazīlah fī Azhār al-Khamīlah” karya Syaikh Muhammad Yasin Fadani (w. 1410 H/1990 M) yang merupakan syarah atas kitab “Syarh Tsamarāt al-Wasīlah Liman Arada al-Fadhilah” karya Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhany. Kitab ini secara umum membahas sebuah instrumen astronomi klasik bernama Rubu Mujayyab yang dalam penjabaran (syarah)nya sangat luas dan detail sehingga sangat membantu dan memudahkan dalam memahami bahasan-bahasan di dalamnya. Wallahu a’lam[]

Kitab “Syarh Tsamarāt al-Wasīlah al-Musammā bi al-Mawāhib al-Jazīlah fī Azhār al-Khamīlah” karya Syiakh Muhammad Yasin bin Isa Padang (w. 1410 H/1990 M). Diterbitkan oleh “Dar ath-Thiba’ah al-Mishriyyah al-Haditsah”, Mesir (t.t.)