Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU
George Saliba adalah seorang sejarawan sains Islam dan guru besar di Universitas Columbia. Spesifikasi keilmuannya adalah kajian sejarah dan transmisi ide-ide astronomi dan matematika di dunia Islam dan Barat (Eropa) khususnya pada masa renaisans. Karya-karyanya baik buku maupun artikel banyak dirujuk peneliti dan pelajar di seluruh dunia.
Dalam salah satu artikelnya Saliba pernah mengomentari analisis atas kitab “at-Tadzkirah” karya Nashiruddin al-Thusi (w. 672 H/1273 M) yang ditulis oleh dua orang peneliti yaitu Abbas Sulaiman dan F.J. Ragep. Sulaiman memberi judul penelitiannya dengan “at-Tadzkirah fi ‘Ilm al-Hai’ah”, diterbitkan di Cairo oleh “Dar Su’ad ash-Shabah” (cetakan pertama, 1993 M), sedangkan Ragep dengan judul “Nasir al-Din al-Tusi’s Memoir on Astronomy”, diterbitkan di New York, Berlin, dan Heidelberg oleh Springer-Verlag, 1993 M.

George Saliba

“At-Tadzkirah fi ‘Ilm al-Hai’ah” karya Nashiruddin Al-Thusi (w. 672 H/1273 M) yang ditahkik dan dirasah oleh Dr. Abbas Sulaiman dengan judul “at-Tadzkirah fi ‘Ilm al-Hai’ah Ma’a Dirasah li Ishamat Al-Thusy al-Falakiyyah” (Kuwait: Dar Su’ad ash-Shabah, cet. I, 1993 M).

“Nasir al-Din al-Tusi’s Memoir on Astronomy (al-Tadhkira fi ‘Ilm al-Hay’a)” diedit oleh F.J. Ragep, diterbitkan di New York, Berlin, dan Heidelberg oleh Springer-Verlag, 1993 M
George Saliba mengulas dua komentar atas kitab “at-Tadzkirah” karya Nashiruddin al-Thusi (w. 672 H) ini secara kritis, selain ia juga memberi apresiasi. Kritik Saliba atas komentar Sulaiman diantaranya karena minimnya penjelasan uraian atas substandi kitab dan tampak Sulaiman tidak menguasai materi (substansi) “at-Tadzkirah” secara baik. Ini tampaknya dapat dimaklumi oleh karena latar belakang keilmuan Sulaiman adalah bidang filsafat Islam, bukan astronomi. Selain itu menurut Saliba, komentar (syarah) Sulaiman atas “at-Tadzkirah” tidak merujuk pada sumber terkini dan terutama tidak berupaya menghubungkannya dengan konsepsi astronomi Copernicus, seperti diketahui yang terakhir ini merupakan konsepsi astronomi terkait tata surya paling diterima terutama di Eropa.
Kritik Saliba lainnya adalah terkait warisan budaya dan ilmiah yaitu tentang mengapa kita mempelajari teks ilmiah historis dan bagaimana mengkajinya. Kontras perspektif kajian antara Sulaiman dan Ragep menggambarkan hal ini dengan jelas. Sulaiman mendekati teks dari perspektif linguistik dengan asumsi bahwa karena teks “at-Tadzkirah” berbahasa Arab dan pembacanya orang Arab dan orang yang mampu memahami bahasa Arab, yang karena itu tidak diperlukan komentar lebih lanjut. Sikap ini mengasumsikan bahwa setiap pembaca asli suatu bahasa (dalam hal ini bahasa Arab) dapat memahami isi teks meskipun teks tersebut bersifat sangat teknis. Asumsi ini jelas keliru sebab sejatinya ada pembaca dalam bahasa lain yang juga memerlukan penjelasan (komentar).
Sementara itu kritik Saliba atas Ragep adalah sebaliknya yaitu ia tidak mengutip analisis terkini teori astronomi Arab dan tidak pula menghubungkannya dengan konsepsi astronomi Copernicus, sekali lagi menurut Saliba ini sesuatu yang paradoks. Namun demikian patut dicatat komentar Regep atas “at-Tadzkirah” terbilang lebih baik dari Sulaiman. Ragep setidaknya telah menghabiskan lebih dari dua puluh tahun dalam mempersiapkan, membuat anotasi, dan menelaah hampir setiap kata dalam “at-Tadzkirah”. Tentu secara substansi Ragep lebih memahami dan menguasai, dan hasilnya terlihat dengan jelas dimana tingkat analisisnya lebih dalam.
Keunggulan komentar Ragep diantaranya ia menganalisis teks “at-Tadzkirah” dengan asumsi bahwa isinya asing bagi pembaca Barat dan karenanya perlu diterjemahkan (ke bahasa Inggris), diberi anotasi, dan dikomentari di hampir setiap poin yang tidak hanya untuk meyakinkan dirinya telah menguasai teks tersebut, tetapi juga untuk membuatnya dapat diakses dan dipahami oleh setiap pembaca.
Saliba berharap kedepan akan ada komentar ketiga yang mengulas “at-Tadzkirah” yang menengahi keduanya yaitu dapat dibaca dan dipahami oleh penutur Arab maupun non Arab. Alasannya dalam konteks ini adalah bukan semata mengapa kita menelaah dan mempelajari sebuah karya klasik tetapi juga untuk siapa kita menerbitkannya dan kepada siapa ditujukan karya tersebut. Saliba sendiri menduga penelitian Ragep tidak diperuntukkan untuk pembaca Arab, ini tentu problem.

Naskah “at-Tadzkirah fi al-Hai’ah” karya Nashiruddin al-Thusi (w. 672 H/1273 M), naskah ditulis tahun 688 H. Koleksi : Maktabah Qathr al-Wathaniyah (Qatar National Library)
Saliba sendiri beberapa tahun silam sejatinya telah melakukan kajian dan telaah atas beberapa karya Al-Thusi secara kronologis terutama “at-Tadzkirah” yang sekarang dikomentari oleh Ragep dan Sulaimian, lalu “Tahrir al-Majisthy”, dan beberapa karya Al-Thusi lainnya terutama yang paling terkenal yang terkait dengan ‘Pasangan Thusi’. Bahkan Saliba telah mendalami komentar lain atas “at-Tadzkirah” yang ditulis oleh Shams ad-Din al-Khafri (wafat setelah 1525 M), sebuah komentar yang juga banyak digunakan oleh Ragep. Dalam catatan Saliba, komentator ini memang telah melangkah jauh melampaui semua komentator “at-Tadzkirah” sebelumnya karena tidak hanya menjelaskan karya Al-Thusi seperti yang dilakukan kebanyakan komentator, tetapi ia juga melengkapinya, karena itu pula komentarnya dinamakan “at-Takmilah” (Penyempurnaan). Selain itu juga terdapat sejumlah hal yang belum dibahas al-Thusi. Hasilnya, komentar al-Khafri berisi setidaknya lima model matematika hasil konstruksinya sendiri yang sangat berguna memahami konsepsi astronomi dalam “at-Tadzkirah”.
Saliba juga memberi catatan, bahwa karya komentar (syarah) bukanlah sekadar pengulangan teks asli, yang harus dirujuk ketika teks asli menjadi sulit dipahami, tetapi lebih dari itu ia merupakan tambang yang dapat dieksploitasi untuk mendapatkan informasi dan ide besar yang dikandungnya. Singkatnya menurut Saliba, membaca karya komentar (syarah) dari satu abad ke abad berikutnya pada dasarnya sama saja dengan membaca dan menelaah literatur berkala di bidang tertentu dari satu tahun ke tahun berikutnya. Wallahu a’lam[]