Muhammad Dimas Firdaus
Tim Peneliti OIF UMSU
Pada tanggal 20 Agustus 2024 ramai diperbincangkan tentang fenomena Super Blue Moon di berbagai media. Bulan Purnama di bulan Agustus dikenal sebagai Blue Moon, nama ini diambil dari Farmer’s Almanac America (untuk mengetahui lebih lanjut terkait penamaan Bulan Purnama bisa dibaca di sini: Observatoria Edisi 24). Sementara nama Super datang dari posisi Bulan yang sedang berada di titik terdekat dari Bumi atau Apogee.
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/image-1024x244.png)
Tahukah kalian bahwa Purnama dinyatakan sebagai Super Full Moon hanya terjadi ketika jarak Bumi – Bulan >90% dari jarak Apogee dan Perigee pada satu siklus. Sebagaimana diketahui bahwa siklus sinodik Bulan yang menentukan fase-fase tidak sama dengan siklus anomalistik Bulan yang menentukan jarak. Siklus sinodik Bulan memiliki durasi 29,53059 hari, sementara siklus anomalistik Bulan berdurasi 27,55455 hari. Dari selisih keduanya dapat diketahui bahwa dalam waktu satu tahun bisa terjadi minimal 3 kali Super Full Moon. Untuk tahun 2024 akan terjadi 4 kali Supermoon, yakni 20 Agustus, 18 September, 17 Oktober dan 15 November 2024.
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/image-1.png)
Lalu apakah benar yang Namanya Supermoon itu lebih besar 14% dari Bulan Purnama biasa? Mungkin kalian pernah membaca atau mendengar hal ini, nyatanya Supermoon tidak sebesar itu. Nilai 14% merupakan perbandingan antara ukuran Supermoon dengan Micromoon (Bulan Purnama terkecil yang terjadi saat Apogee) bukan dengan rata-rata Bulan Purnama. Jika dibandingkan dengan rata-rata ukuran Bulan Purnama, maka saat Supermoon terjadi ukurannya akan lebih besar sekitar 5% saja.
Adapula kita pernah mendangar Supermoon terbesar yang pernah terjadi, lah bukannya supermoon itu udah paling besar? Nyatanya orbit Bulan mengitari Bumi ini sangat kompleks, sehingga jarak dan waktu Bulan mengitari Bumi bisa selalu terjadi perubahan. Jika kita ingin mendapatkan Supermoon yang paling besar maka ada dua hal yang perlu dipenuhi, pertama adalah jarak perigee terdekat, kedua adalah waktu full moon yang paling dekat dengan waktu perigee terjadi. Semakin dekat jarak waktu antara full moon dan perigee terjadi, maka piringan Bulan akan terlihat lebih besar. Hal ini dapat ditentukan, yakni setiap 14 siklus sinodik Bulan yang bertepatan dengan 15 siklus anomalistik Bulan. Nilai ini didapat dari KPK antara siklus sinodik dan anonamlistik Bulan.
14 Bulan sinodik = 14 x 29.53059 days = 413.428 days
15 Bulan anomalistik = 15 x 27.55455 days = 413.318 days
Lalu bagaimana dengan Super Blue Moon 20 Agustus kemarin? Mari kita bahas waktu dan jarak perigee, dan puncak purnama di Bulan Agustus.
Waktu Perigee Jarak Perigee Puncak Full Moon Selisih Waktu Jarak Full Moon
21 Agustus 05:05 GMT 360.199 km 19 Agustus 18:26 GMT 37 jam 21 menit 361.970
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Blue Moon kemarin memang masuk dalam kategori Supermoon dengan jarak 91% dari siklus Apogee – Perigee. Dan dapat menghasilkan piringan Bulan sebesar 33.01 menit busur.
Namun sayangnya ketika 20 Agustus kemarin Tim OIF UMSU, baik yang berada di Medan maupun di Barus tidak dapat mengabadikan momen Super Blue Moon dikarenakan kondisi cuaca yang tidak mendukung. Tutupan awan tebal dan gemericik hujan menghalangi pengamatan yang direncanakan. Hal ini berbeda dengan kawan-kawan di daerah lain, khususnya di Pulau Jawa, terlihat dalam citra satelit bahwa di bagian selatan Indonesia tutupan awan minimal, sehingga memudahkan pengamatan yang dilakukan.
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/image-3-1024x487.png)
Namun kita masih dapat membandingkan ukuran dengan pengamatan 1 hari setelah atau sebelumnya. Tim yang bertugas di OIF Barus berhasil mengabadikan Bulan pada tanggal 19 dini hari dan 21 dini hari.
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/Bulan-46-02-16-1024x1024.png)
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/Bulan-46-02-14-1024x1024.png)
Jika dibandingkan antara purnama di Bulan Agustus ini dengan di bulan lain, misalnya Full Moon yang terjadi pada 26 Januari 2024, maka akan terlihat bahwa Bulan pada Agustus ini lebih besar.
![](https://oif.umsu.ac.id/wp-content/uploads/2024/08/Bulan-perbandingan-januari-agustus-1024x1024.png)
OIF UMSU
“Memotret Semesta Demi Iman dan Peradaban”