Nova Anggraini
Tim Planetarium OIF UMSU
Parhalaan adalah istilah dalam bahasa Batak yang bermakna penanggalan atau kalender sederhana yang memiliki keunikan dan ciri dari budaya Batak. Perhalaan berasal dari Bahasa ‘hala’ berarti kalajengking hewan yang berbisa. Dalam Bahasa batak, perhalaan juga disebut dengan “pustaha” yang berarti acuan dalam penanggalan batak bagi para leluhur dalam meramal. Pada zaman dahulu, parhalaan sangat jarang ditemukan dalam keadaan tertulis, selain ditulis dengan medium bamboo “bulu perhalaan”, perhalaan juga ditulis pada tulang “holi perhalaan” dan ada juga kulit kayu “pustaha perhalaan”.
Pemakaian alat tersebut memiliki alasan tersendiri misalnya medium bambu digunakan berdasarkan daya tahannya karena sering dipegang dan di pindahkan sesuai dengan kebutuhan. Sementara medium kulit dan kayu apabila sering disentuh dan dibolak-balik berpotensi cepat rusak. Bahkan di pakpak (Dairi), perhalaan terbuat dari batok yang dilubangi sebanyak 30 buah.
Kalender Batak didasarkan pada fenomena alam bernama bulan dan digunakan untuk peramalan. Sejak lama masyarakat Batak emang tertarik dengan ilmu perbintangan (astrologi). Realitanya perhalaan dalam tradisi Batak sesungguhnya bukan system penjadwal waktu seperti dipahami hari ini, namun ia merupakan sebuah petunjuk ramalan yang dikaitkan dengan peredaran benda-benda langit. Lebih tepatnya perhalaan adalah kalender yang digunakan untuk menentukan hari baik dan hari buruk. Hampir semua aktifitas orang Batak dahulu ditentukan berdasarkan prediksi perhalaan.
Aktivitas-aktivitas itu antara lain pesta perkawinan, memanen, mendirikan rumah, kelahiran, Kesehatan, dan lain-lain. Dan dalam kenyataannya kalender ini lebih berfungsi religus dan kepercayaan. Namun dalam praktiknya, orang Batak menghitung hari dengan melihat pola-pola benda langit khusunya bulan, matahari, dan bintang-bintang. Pengamatan ini dilakukan secara berulang sehingga menghasilkan kesimpulan numerik perhalaan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut para leluhur Batak, pemetaan benda-benda langit dilakukan berdasarkan pengataman bertahun-tahun dan terus diuji akurasinya.
Jumlah kalender hari satu bulan (30 hari) itu digunakan tidak berdasarkan urutan angka, namun masing-masing memiliki nama hari tersendiri. Nama-nama hari dalam kalender Batak itu adalah : artia, suma, anggara, muda, boraspat, singkora, samisara, antian ni aek, sum ani mangadop, anggara sampulu, mud ani mangadop, boraspati ni tangkop, boraspati tinangkop, singkora purnama, samisara purnama, tula, sum ani holom, boraspati ni holom, singkora mora turun, singkora dua pulu, samisara mora turun, antian ni angga, mud ani mate, boraspati ni gok, singkora duduk, samisara bulan mate, hurung, ringkar.