Penelitian tentang waktu salat Subuh tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Malaysia juga dilakukan penelitian berkaitan tentang waktu salat Subuh. Salah satu orang yang meneliti waktu salat Subuh di Malaysia adalah Dr. Kassim Bin Bahali. Dr. Kassim Bin Bahali merupakan anggota komite rukyah negeri Malaka. Dalam Diskusi Observatorium dan Astronomi (DOA) ke 13 yang diselenggarakan oleh OIF UMSU pada hari Selasa 15 Ramadhan 1442 H/ 27 April 2021 M, Dr Kassim bin Bahali diundang sebagai pemateri dan memaparkan hasil penelitiannya tentang waktu salat Subuh.
Penelitian yang dilakukan oleh beliau didasari oleh adanya perbedaan sudut kedalaman Matahari yang digunakan dalam menentukan terbit fajar atau awal waktu salat Subuh di Malaysia dan beberapa negara islam lainnya. Selain itu, nilai sudut kedalaman Matahari yang digunakan di Malaysia juga tidak berdasarkan hasil pengamatan. Berdasarkan pengalaman beliau di lapangan, pada saat azan Subuh berkumandang, fajar belum terlihat sama sekali. Waktu salat Subuh yang diterapkan di Alam Melayu khususnya Malaysia mengacu pada sudut kedalaman Matahari -19° di negeri Kelantan dan -20° di negeri lain.
Penelitian beliau mengenai waktu salat Subuh ini dilakukan di 27 lokasi yang terdiri dari 20 lokasi di Malaysia, 6 lokasi di Indonesia, dan 1 lokasi di Thailand. Instrumen yang digunakan beliau dalam penelitiannya adalah Sky Quality Meter (SQM) dan kamera DSLR. Dari hasil penelitian, beliau menyimpulkan bahwa sudut kedalaman Matahari -19° dan -20° tidak bertepatan dengan saat terbit fajar sadik. Penelitian beliau juga menyimpulkan bahwa fajar sadik terbit ketika sudut kedalaman Matahari sebesar -17°.
Berikut dokumentasi Diskusi Observatorium dan Astronomi (DOA-13) pada hari ini:
Berikut Materi dari Narasumber:
Materi Diskusi Observatorium dan Astronomi ke 13
Rekaman Webinar DOA ke 13