Oleh: Leo Hermawan
Tim Peneliti OIF UMSU
Dalam pengakurasian arah kiblat perlu menggunakan instrumen atau alat yang dapat digunakan dalam pengakurasian arah kiblat, yaitu berupa kompas, theodolit, GPS dan mizwala. Disini kita akan membahas tentang istrumen untuk pengakurasian arah kiblat yang berupa pengembangan dari mizwala yaitu bernama Istiwaaini.
Sumber: dokumentasi pribadi (instrumen terdapat di OIF UMSU)
Istiwaaini merupakan instrumen karya dari Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI seorang ahli ilmu falak dan dosen Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah. Beliau membuat sebuah instrumen sebagai alat bantu untuk pengakurasian arah kiblat yang akurat. Beliau membuat istiwaain didesain dengan menyederhanakan theodolit yang merupakan alat untuk pengakurasian kiblat yang selama ini dianggap paling akurat. Theodolite sebagai alat ukur kiblat optik dinilai harganya terlalu mahal dan menyulitkan masyarakat dalam penggunaannya, maka beliau menbuat alat non optik yang diberi nama Istiwaaini, instrumen karya beliau dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam menentukan arah kiblat dengan mudah dan biaya yang murah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Istiwaaini
- Tongkat istiwa yang di titik pusat lingkaran harus benar-benar berada di titik pusat dalam posisi tegak lurus.
- Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwak harus benar-benar dalam posisi datar.
- Tongkat istiwa yang di titik 0˚ harus benar-benar di titik 0˚ dalam posisi tegak lurus.
Cara Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Istiwaaini:
Data-data yang diperlukan dalam penggunaan istiwaaini dalam pengukuran arah kiblat
- Waktu (jam) yang tepat
- Azimut kiblat
- Azimut matahari
- Beda azimuth (ba) kiblat dan matahari, yaitu azimuth kiblat dikurangi azimuth matahari. Jika negatif maka harus ditambah 360˚
Langkah-langkah pengukuran arah kiblat sebagai berikut:
- Letakkan Istiwaaini pada lokasi yang ingin di ketahui arah kiblatnya. Alat istiwaaini berada di tempat yang rata dan terkena cahaya matahari.
- Bidik cahaya matahari menggunakan tongkat istiwak yang ada di titik 0˚, ketika bayangan matahari sudah jatuh mengenai (lurus) pada tongkat istiwak yang ada di titik pusat maka pembidikan sudah tepat kemudian, catat waktu saat itu. Tentunya yang di pakai adalah waktu yang benar-benar tepat.
- Menghitung Arah & Azimuth kiblat.Menggunakan rumus:
Keterangan:
Setelah diketahui arah mataharinya, kemudian menghitung azimuth matahari dengan Rumus:
- jika A (arah matahari) UT (+), maka azimuth matahari = A (tetap)
- jika A (arah matahari) ST (-), maka azimuth matahari = A + 180˚
- jika A (arah matahari) SB (-), maka azimuth matahari = INT A + 180˚
- jika A (arah matahari) UB (+), maka azimuth matahari = 360˚ – A.
5. Menghitung Beda Azimuth(Ba). Rumus = azimuth kiblat – azimuth matahari (jika hasilnya negatif ditambah 360˚).
6. Kemudian tarik benang mulai dari titik 0˚ lingkaran ke arah sebesar angka beda azimuth (Ba). Maka arah yang ditunjukan dari benang itulah arah Kiblat.
Berikut tadi cara penggunaan istiwaaini dalam pengakurasian arah kiblat, selamat mencoba!!!
Sumber
Azhari, Susiknan. 2007. Ilmu Falak (Perjumpaan khazanah Islam dan Sain Modern). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Listianingsih, Rini. 2017. Uji Akurasi Istiwaaini Karya Slamet Hambali Dalam Penentuan Titik Koordinat Suatu Tempat. Semarang: Skripsi S1 UIN Walisongo
Riza, Muhammad Himmatur. 2018. Sundial Horizontal Dalam Penentuan Penanggalan Jawa Pranata Mangsa. Semarang: skripsi S1 UIN Walisongo.
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. 2013. Kakbah dan Problematika Arah Kiblat. Yogyakarta: Museum Astronomi Islam
Adieb, Muhammad. 2014. Studi Komparasi Penentuan Arah Kiblat Istiwaaini Karya Slamet Hambali Dengan Theodolite. Semarang: Skripsi S1 UIN Walisonggo