Oleh : Khairul Bariah Ritonga
Tim Planetarium OIF UMSU
Dinasti Mamalik adalah salah satu kerajaan yang berada di Mesir yang pada awalnya merupakan daerah yang bebas dari gangguan pihak luar dan muncul dalam suasana diintegrasi politik secara total mengawali masa kemunduruan dunia Islam. Dalam keadaan demikian, terbentuklah sebuah pemerintah yang kokoh, dikendalikan oleh dua kelompok Mamalik, dan mampu bertahan selama tiga perempat abad. Pada masa pemerintahannya, dinasti Mamalik mengalami beberapa kemajuan baik di beberapa bidang, salah satunya dibidang ilmu pengetahuan. Kali ini kita akan membahas di bidang pengetahuan Astronomi tepatnya mengenal Instrumen Astronomi.
Instrumen atau alat-alat astronomi adalah sarana observasi ilmiah yang digunakan para astronom Islam dalam mengungkap fenomena alam. fungsi instrumen ini ialah untuk menghitung atau menentukan peredaran benda-benda langit seperti Bumi, Bulan, Matahari dan Planet-planet secara akurat. selain itu instrumen ini juga digunakan untuk mempresisikan perhitungan segitiga bola secara cermat.
Para astronom Mamalik dimasanya telah berhasil mengembangkan dan memperluas penggunaan alat-alat ini. Secara umum, peradaban Islam era Mamalik adalah peradaban yang banyak menciptakan alat-alat astronomi yang beberapa diantaranya terus digunakan sampai saat ini. Instrumen ini beberapa diantaranya merupakan lanjutan dan penyempurnaaan dari alat-alat astronomi yang pernah dikembangkan di peradaban sebelumnya, seperti astrolabe, dzawat al-halq, arba’ad-da’irah, al-kurrat al-ardhiyyah wa as-samawiyah, sa’ah syamsiyah (jam Matahari), dan lain-lain. Instrumen ini di era Mamalik terus dikembangkan dengan berbagai perbaikan dan modifikasi hingga lebih efektif. Adapun beberapa instrumen astronomi yang berkembang dan populer pada masa Mamalik antara lain ialah :
1. Al-Usthurlab (Astrolabe)
Alat ini merupakan perkakas astronomi kuno yang digunakn untuk mengukur kedudukan, bentuk dan fenomena langit. Ulama astronomi Islam yang pertama sekali membuat astrolabe adalah Ibrahim Al-Fazzari. Astrolabe ini terdiri dari dari lempengan 360 derajat terbagi-bagi dalam seperempat lingkaran yang tertera didalamnya nama-nama zodiak, angka-angka derajat dan lain-lain. Alat ini berbentuk bulat yang menggambarkan bola langit yang terdiri dari garis atau skala yang menunjukkan posisi-posisi bintang atau benda-benda angkasa. Banyak ilmuwan yang mendalami alat ini dalam teori dan praktik dan di modifikasi lebih baik oleh Ibn Syathir. Beliau adalah ilmuwan yang memiliki kemahiran dalam teori dan praktik terhadap alat ini.
2. Mizwala (Sundial, Jam Matahari)
Alat ini adalah alat astronomi kuno yang digunakan sebagai penunjuk waktu melalui bayang-bayang Matahari. Alat ini juga ditemukan melalui pemahaman mendalam terhadap teori segitiga bola atau trigonometri. Sampai saat ini jam Matahari masi dipakai dan dipelihara orang sebagai ornamen yang menunjukkan keunikan dan keilmuan astronomi islam silam yang terus terabadikan dalam sejarah dan peradaban. Dan ternyata, dahulu alat ini ini juga digunakan oleh para pelaut untuk menentukan lintang dan bujur, menentukan arah kapal, dan lain-lain.
3. Rubu’ Mujayyab (Alat Seperempat Lingkaran)
Alat ini merupakan alat astronomi klasik berbentuk seperempat lingkaran dengan desain sederhana hasil kreasi astronom Islam silam yang multi fungsi, khususnya untuk memecahkan permasalhan-permasalahan astronomi bola. Selain itu alat ini digunakan untuk menentukan arah kiblat, menentukan waktu-waktu sholat, menentukan ketinggian suatu benda, dan lain-lain
4. Zij (Tabel Astronomi)
Zij adalah daftar astronomis hasil observasi dan kalkulasi (hisab) para astronom silam terhadap benda-benda langit seperti planet-planet, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya yang berkaitan dengan gerak, jarak, dan posisi hariannya.
Para Astronom Mamalik pada umumnya beraktivitas pada berbagai bidang disiplin Astronomi, seperti astrornomi teoritis, astrornomi praktis, geometri, astronomi bola, perhitungan waktu, tabel-tabel waktu, perbintangan, dan alat-alat astronomi. karena itu literatur-literatur manuskrip yang tersebar diberbagai perpustakaan dunia, dan alat-alat astronomi yang sebagiannya saat ini masih tersisa merupakan sumber informasi utama bagi para peneliti dan sejarawan kontemporer untuk menguak tradisi dan peran astronomi Islam era Mamalik.