Oleh : Nova Anggraini
Tim Planetarium OIF UMSU
Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya berbentuk kubah setengah lingkaran. Di planetarium, penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta. Planetarium berbeda dari observatorium. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk meneropong bintang. Sedangakan observatorium kubahnya bisa dibuka. Planetarium kuno pertama merupakan alat peraga atau model miniatur Tata Surya dengan menggunakan mesin mekanik, hasil karya tinggi dari tangan pembuat arloji. Alat peraga tersebut memang dibuat untuk mengenal waktu, dengan membuat peraga benda-benda langit yang bergerak yang dapat dijadikan acuan waktu astronomis. Dari sinilah cikal bakal planetarium.
Foto Planetarium Dome
Hingga abad ke-19, planetarium berarti alat peraga mekanik yang disebut orrery. Proyektor planetarium yang pertama dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther Bauersfeld dari Carl Zeiss. Perusahaan Carl Zeiss, yang berdiri sejak 1846 dan terkenal akan reputasinya dalam pembuatan instrumentasi optik yang berkualitas, merupakan perusahaan yang dipercaya untuk membuat alat proyeksi cahaya tersebut. Pada bulan Agustus 1923, proyektor pertama (Model I) ini dipasang di Jena untuk diuji coba, di bawah kubah berdiameter 16 meter. Kemudian pada bulan Mei 1925 proyektor tersebut dipasang secara permanen di Museum JermanāMunich. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan perdananya dibuat sangat terpukau. Planetarium pertama ini sempat hancur dalam perang dunia II, tetapi pada tahun 1950-an dibangun kembali. Sejak hadirnya proyektor yang pertama tersebut, proyektor-proyektor baru dengan berbagai pemutakhiran untuk menghadirkan langit dan isinya pada ruangan berkubah terus bermunculan. Dengan segala kecanggihannya, kini planetarium tak lagi hanya sebuah alat untuk memahami pergerakan benda-benda langit, tetapi juga untuk menjelaskan astronomi secara umum dan luas. Dilengkapi berbagai sarana dan kegiatan yang mendukung, planetarium modern kini telah menjadi tempat wisata yang ilmiah, berkreasi sambil berilmu.
Foto Moderner Carl Zeiss ProjektorĀ https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Moderner_Carl_Zeiss_Projektor.JPG
Di Indonesia sendiri terdapat planetarium yang berada di Jakarta. Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964 diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969. Kemudian ada juga Planetarium OIF UMSU berbentuk flat yang terletak di Kota Medan pada tahun 2015. Di tempat ini juga tersedia ruang alat klasik hingga modern, hasil observasi benda- benda angkasa yang menyuguhkan berbagai foto serta keterangan lengkap dari berbagai bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi disertai pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori.
Planetarium OIF UMSU juga menyediakan sarana prasarana observasi benda-benda langit dikubah yang berisikan Teleskop untuk peneropongan secara langsung agar dapat menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana matahari, komet dan lain-lain.
Demikianlah planetarium digunakan unyuk membantu manusia memahami alam semesta dan memahami posisinya di jagat raya maha luas ini.