Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar*
(Penulis Kepala OIF UMSU)
Nama lengkapnya Nurben Tanjung bin Muhammad Jadam bin Muhammad Tawi. Tokoh ini dilahirkan pada tanggal 20 Safar 1322 H (bertepatan tanggal 6 Mei 1904 M) di sebuah desa bernama Ladang Tengah Barus (Tapanuli Tengah). Dalam khazanah falak Nusantara, tokoh ini nyaris tidak dikenal.
Dalam riwayat hidupnya, tampak bahwa tokoh ini adalah orang yang sangat gigih dalam menuntut ilmu, dimana salah satu disiplin ilmu yang ia tekuni adalah disiplin ilmu falak. Salah satu gurunya di bidang ini kala itu adalah Imam Besar Masjid Raya Barus Mudik bernama Haji Muhammad bin Haji Hos. Bersama sang guru kharismatik ini diantaranya dia belajar tentang ilmu penanggalan (takwim), bahkan berikutnya dia memeroleh ijazah. Selain itu, pada periode yang sama dia juga belajar ilmu falak kepada seorang tokoh bernama Imam Fi’il yaitu Imam Masjid Kinali Barus, dimana dengan sang guru ini dia juga mendapatkan ijazah.
Dalam biografinya, tercatat Nurben Tanjung melakukan rihlah ilmiah ke berbagai daerah dan wilayah. Diantaranya tercatat dia pernah belajar ke Sorkam (salah satu wilayah di Tapanuli Tengah) untuk berguru kepada seorang tokoh bernama Faqih Arsyad yang berasal dari Sumanik, Sumatera Barat. Nurben Tanjung juga tercatat pernah belajar sampai ke Meulaboh, Aceh. Tahun 1922 M dia merantau untuk tujuan belajar agama ke kampung Kapa Air Bangis Sumatera Barat. Disini dia belajar kepada seorang guru bernama Muhammad Yunus. Tahun 1924 dia belajar di Gayo, Aceh. Lalu bersama beberapa rekannya, dia pergi ke Payakumbuh untuk belajar agama. Dia juga pernah belajar di Painan Sumatera Barat, Bayang Koto Merapak Bandar Sepuluh Painan. Bahkan, dia juga melakukan rihlah ilmiah hingga ke pulau Jawa. Namun sebelum tiba di Jawa, Nurben Tanjung singgah beberapa waktu di Curup, Bengkulu, dan disini dia melakukan transmisi keilmuan yaitu dengan mengajar. Atas saran sejumlah koleganya, dia pergi ke Yogyakarta dan akhirnya berjumpa dan belajar dengan Kiyai Haji Mas Mansur.
Tatkala di Yogyakarta pula Nurben Tanjung mendaftar sebagai kader Muhammadiyah. Singkat cerita, berikutnya dia mendirikan Muhammadiyah di Barus Pasar hingga daerah-daerah lainnya disana, kala itu dia tercatat sebagai penasehat Muhammadiyah. Dalam kiprahnya di Barus, Nurben Tanjung tercatat pernah mengajar di Sekolah Nahwu Barus Mudik, kala itu dia menjadi asisten Tuangku Haji Abdul Jalil.
Salah satu kontribusi dan pemikiran Nurben Tanjung dalam bidang ilmu falak adalah telaahnya dalam masalah-masalah praktis penanggalan, seperti menentukan hari, bulan, dan tahun. Seperti tokoh-tokoh falak Nusantara lainnya, uraian dan pembahasan Nurben Tanjung tentang hal ini relatif sama dengan tokoh-tokoh falak Nusantara lainnya dan terbilang sederhana. Kesamaan dan kesederhanaan itu tidak lain karena tabel-tabel penanggalan sebagai dikemukakan Nurben Tanjung lebih ditujukan kepada kaum pelajar atau pemula, dan lebih dari itu bertujuan untuk dapat diterapkan dan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Basridal, S.Ag dalam karyanya “Sejarah Muhammadiyah Barus Mudik & Sekitarnya” telah mendeskripsikan secara singkat tentang kontribusi Nurben Tanjung dalam bidang ilmu falak. Dalam penelitian Basridal ini, dijelaskan bahwa Nurben Tanjung menggunakan sistematika angka jumali (hisab al-jummal) dalam perhitungan dan penjabarannya. Seperti diketahui, sistem angka ini adalah sistem yang lazim digunakan oleh tokoh-tokoh falak Nusantara yang teradopsi dari khazanah ilmu falak Haramain atau Timur Tengah secara umum.
Salah satu paragraf pembahasan Nurben Tanjung terkait penanggalan, seperti ditulis oleh Basridal, diantaranya dapat dikemukakan sebagai berikut: “Jika hendak mencari huruf tahun, maka lebih dahulu kita cari tahun hijriah. Umpamanya tahun 1339 H, lalu dibagi dengan 8, maka dapat sisanya 3. Maka dibilang dari huruf tahun yaitu ha-jim-zai, dapatlah tahun itu pada huruf ketiga yaitu zai. Angka tahun dan angka bulan dijumlahkan. Lalu hitung nama-nama hari yang tujuh itu sebanyak jumlah angka-angka tadi. Dimulai dari arba’a atau khamis menurut tahunnya hari yang tepat di akhir jumlah itu. Inilah sehari bulan yang dituju”.
Dalam penelitiannya ini, Basridal juga menjelaskan secara cukup lengkap sepak terjang Nurben Tanjung di Barus, khususnya dalam kiprahnya mensyiarkan Muhammadiyah di tanah Barus nan eksotik ini. Hanya saja sayang sekali, uraian dan penjabaran terkait kiprah dan kontribusinya tentang Ilmu Falak relatif singkat. Tentu hal ini membutuhkan telaah dan penelitian lebih lanjut dari para peneliti, yaitu dengan menelaah manuskrip dan dokumen-dokumen yang ada, serta dengan melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh lama (tua) yang ada disana (Barus). Hal ini penting dilakukan setidaknya karena dua hal. Pertama, guna mengungkap khazanah dan ketokohan falak Nusantara secara umum. Seperti diketahui, Kepulauan Nusantara silam adalah kawasan yang dahulunya memiliki khazanah besar dalam bidang ilmu falak. Dalam titik ini maka kota Barus berperan menyumbangkan salah satu tokohnya. Kedua, dengan terungkapnya tokoh bernama Nurben Tanjung besereta kontribusinya di bidang ilmu falak ini, maka selain menjadi informasi baru dan berharga, pada saat yang sama mengokohkan jejaring tokoh falak Nusantara yang kini mulai banyak dikaji.[] Penulis: Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU.