Oleh: Leo Hermawan*
(Penulis Tim Bengkel OIF UMSU)
Sebelum kita mengenal siapa Istiwaaini maka kita harus mengenal terlebih dahulu pendahulunya yaitu Mizwala. Mizwala dalam bahasa Arab disebut dengan al-mazawil atau al-Mizwala asy-syamsiyyah. Dalam bahasa inggris disebut dengan sundial, sedangkan dalam bahasa indonesia disebut Jam Matahari yaitu alat yang digunakan untuk penunjuk waktu dengan bantuan bayangan sinar Matahari. Dalam praktiknya alat ini hanya dapat berfungsi tatkala ada sinar Matahari sehingga akan membentuk bayang-bayang yang menunjukan waktu pada saat itu. Menurut peneliti dan sejarawan sains, instrumen ini berakar dan bersumber dari peradaban Yunani-Romawi, sementara pendapat lain mengatakan bersumber di era Mesir kuno. Instrumen ini banyak digunakan oleh peradaban pra islam seperti Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi.
Mizwala terdiri dari sebuah tiang tegak lurus yang diletakan pada sebuah dipermukaan datar, yang mana tiang tersebut apabila tersinari Matahari akan membentuk garis bayang-bayang yang berubah-ubah sesuai gerak semu Matahari. Seiring dengan perubahan posisi Matahari maka waktu yang ditunjukan oleh bayanngan tersebut pun akan turut berubah.
Mizwala terdiri dari dua bagian, bagian pertama, bidang dial adaah permukaan datar yang memiliki gambar garis-garis (angka-angka) untuk menandai waktu/jam. Sedangkan bagian kedua, Gnomon adalah benda berbentuk segitiga yang tegak lurus di atas permukaan bidang dial dengan ujungnya yang miring sama dengan besar derajat terhadap lintang tempat tersebut (lintang lokal). Pada saat Matahari bersinar, gnomon akan membentuk bayangan pada bidang dial tersebut sehingga waktu dapat dibaca dari skala pada garis (angka) waktu pada titik yang dibentuk (ditunjuk) oleh bayangan gnomon.
Mizwala selalu mengalami perkembangan yang begitu pesat dalam penggunaan maupun bentuk Mizwala itu sendiri. Salah satu instrumen yang berasal dari pengembangan Mizwala adalah instrumen Istiwaain.
Istiwaaini merupakan instrumen karya dari Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI seorang ahli ilmu falak dan dosen dari Universitas Islam Negeri Walisonggo di Semarang, Jawa Tengah. Beliau membuat instrumen ini sebagai alat bantu untuk pengakurasian arah kiblat yang akurat. Istiwaaini ini didesain dengan menyederhanakan teodolit yang merupakan alat untuk pengakurasian kiblat yang selama ini dianggap paling akurat. Theodolite sebagai alat ukur kiblat optik dinilai harganya terlalu mahal dan menyulitkan masyarakat dalam penggunaannya, maka beliau menbuat alat non optik yang diberi nama Istiwaaini, instrumen karya beliau ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam menentukan arah kiblat dengan mudah dan biaya yang murah. Istiwaaini juga dapat digunakan dalam penentuan titik koordinat lintang dan bujur.
Instrumen Istiwaaini terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Bagian-bagian istiwaaini sebagai berikut:
- Tongkat istiwaain
Istiwaain memiliki dua tongkat yaitu tongkat pada titik pusat dan tongkat pada titik nol derajat yang terletak di lingkaran dasar istiwaain. Masing tongkat memiliki fungsi sebagai berikut:
- Tongkat istiwak yang di titik pusat lingkaran mempunyai fungsi: Acuan sudut dalam lingkaran dan Acuan benang sebagai petunjuk arah kiblat, arah true north dan sebagainya.
- Tongkat istiwak yang di titik 0˚ lingkaran mempunyai fungsi: Pembidik posisi Matahari dan Start pengukuran arah kiblat, arah true north dan sebagainya dari posisi Matahari.
- Bidang dial atau lingkaran dasar istiwaain
Merupakan alas untuk tongkat istiwaain berbentuk lingkaran , memiliki garis garis derajat sebanyak 360 derajat dan dua lubang yaitu untuk letak tongkat lubang titik pusat untuk acuan sudut dan tongkat titik nol derajat untuk membindik posisi Matahari.
- Alas lingkaran dasar istiwaain
Alasan lingkaran dibuat berbeda dengan lingkaran dasar istiwaain, yaitu tidak berbentuk lingkaran dan lebih lebar dibandingkan lingkaran dasar tongkat istiwaain dengan bentuk delapan persegi panjang. Ditengah tengah ada drat (mur) untuk memasang tongkat istiwaain acuan sudut dan di tepinya ada tiga drat (mur) yang difungsikan sebagai tripot untuk menaik dan menurunkan untuk mengatur kedataran bidang dial.
- Benang
Benang panjang ini difungsikan sebagai penggaris untuk mendapatkan nilai yang di tarik dari tongkat Istiwaaini acuan sudut sampai di luar lingkaran.
- Tripot
Tripot merupakan pondasi paling bawah dari istiwaaini, oleh sebab itu harus dipastikan agar tripot ini berdiri kokoh sebelum memasang bagian yang lain di atas tripot.
Nah itulah tadi sekilas tentang Istiwaaini yang merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk pengukuran arah kiblat dan menentukan titik koordinat lintang dan bujur.