Oleh : M. Hidayat*
(Penulis Wakil Kepala OIF UMSU)
Pengamatan ini dilakukan oleh Tim OIF UMSU Pada Hari Selasa 21 April 2020 / 21 Sya’ban 1441 H, dari pukul 05:00 WIB – 07:00 WIB dengan tetap memenuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh WHO selama masa pandemi Covid-19. Pengamatan ini merupakan bagian dari pendekatan interkoneksi seperti yang diuraikan oleh Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA. dalam bukunya Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi Berikut ini akan di uraikan makna pendekatan Astronomi secara singkat
Paradigma interkonesitas, secara aksiologis, hendak menawarkan pandangan dunia (world view) manusia beragama dan ilmuan yang baru, yang lebih terbuka, mampu membuka dialog dan kerjasama, transparan, dapat dipertanggungjawabkan secara public dan berpandangan ke depan. Secara ontoligsm , hubungan antara berbagai disiplin ilmu menjadi semakin terbuka dan cair, meskipun blok-blok dan batas-batas wilayah antara kedua budaya pendukung keilmuan agama yang bersumber pada teks-teks (hadarat an-nas) , dan budaya pendukung keilmuan faktual-historis empiris, yakni ilmu-ilmu sosial dan ilmu kealaman (hadarat al-‘ilm) serta budaya pendukungkeilmuan etis-filosifis (hadarat al-falsafah).
Sementara menurut Syamsul Anwar dalam bukunya Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi., beliau menjelaskan adanya pendekatan integrasi-interkoneksi memiliki dua sisi terpisah: sisi integrasi dan sisi interkoneksi. Dalam integrasi terjadi restrukturisasi ilmu berdasarkan prisip-prinsip tertentu. Restrukturisasi itu dilakukan dengan mengadakan perubahan menyangkut paradigma, teori, metode, dan prosedur prosedur tehnis dalam ilmu bersangkutan. Contohnya adalah ilmu ekonomi Islam yang oleh para ahlinya dikembangkan dengan melakukan retstrukturisasi terhadap ilmu ekonomi (konvensional) berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan dalam interkoneksi tidak terjadi restrukturisasi semacam itu, melainkan yang terjadi adalah perluasan perspektif dengan menyerap informasi pelengkap dari ilmu lain. Atas dasar itu pendekatan interkoneksi dapat dirumuskan sebagai proses pengkajian dalam suatu bidang ilmu dengan memanfaatkan data dan analisis dalam ilmu lain terkait di samping menggunakan data dan analisis ilmu bersangkutan sendiri dalam rangka komplementasi, konfirmasi, kontribusi atau komparasi.
Astronomi Islam atau Astronomi Arab boleh disebut juga ilmu Falak atau ilmu hisab merupakan salah satu ilmu keislaman yang dilupakan. Padahal ilmu ini telahpun dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim sejak abad pertama hijriah. Bukan hanya untuk pengembangan ilmu saja, tetapi ini lebih penting, untuk kepentingan praktis menjalankan perintah-perintah agama yang sangat berkaitan dengan waktu, seperti solat, puasa dan haji. Dalam abad pertengahan, perkembangan astronomi Islam menunjukan kemajuan peradaban Islam dengan lahirnya tokoh-tokoh besar.
Selanjutnya, dengan astronomi Islam setiap muslim dapat memastikan ke mana arah kiblat untuk suatu tempat di permukaan bumi yang jauh dari Mekah. Dengannya pula setiap muslim dapat mengetahui waktu solat sudah tiba atau matahari sudah terbenam (ghurub) untuk berbuka puasa.
Dengan demikian, astronomi Islam atau ilmu hisab dapat mendatangkan keyakinan kepada setiap Muslim dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya akan lebih mantap. Pada masa sekarang ini kehadiran astronomi Islam adalah sangat penting, bukan saja karena dalam beberapa hal tetap diperlukan tetapi lebih dari itu lainnya juga memiliki makna yang sangat penting dalam menghargai peradaban Islam.
Pendekatan interkoneksi memanfaatkan data dan analisis dalam rangka komplementasi, konfirmasi, kontribusi atau komparasi serta menempatkan berbagai disiplin ilmu saling menyapa satu sama lain dalam hal ini ilmu hadis dengan astronomi.
1) Komplementasi
Komplementasi artinya bahwa data dan temuan ilmu terkait (dalam kajian ini:astronomi) dapat melengkapi data dan analisis dalam ilmu di mana pendekatan interkoneksi dilakukan (dalam kajian ini: ilmu hadis) sehingga dimungkinkan menarik kesimpulan yang lebih valid. Tanpa data itu suatu kesimpulan yang diambil masih mengandung kelemahan-kelemahan.
2) Konfirmasi
Konfirmasi artinya memperkuat hasil temuan dalam kajian ilmu tertentu (disini : ilmu Hadis) data dan temuan astronomi mengkonfirmasi hasil analisis dalam ilmu hadis yaitu bahwa idul fitri di zaman Nabi saw tidak ada yang jatuh hari jumat. Hadis yang menyatakan Idul Fitri di zaman Rasulullah saw pernah jatuh hari jumat tidak sahih dan temuan analisis astronomi mengkonfirmasi kesimpulan itu. Sedangkan hadis yang menyatakan bahwa hari raya pernah jatuh hari jumat, tanpa menyebut nama hari raya dimaksud, adalah sahih dan temuan astronomi menunjukan bahwa hari raya yang jatuh hari jumat di zaman beliau adalah Idul Adha.
3) Kontribusi
Kontribusi artinya suatu ilmu terkait dapat menyubangkan temuan-temuan sehingga dapat mempertajam temuan ilmu tertentu (dalam kaitan ini: ilmu hadis). Beberapa pernyataan dalam hadis, yang dari sudut analisis ilmu hadis merupakan hadis sahih, dikoreksi oleh dan tidak sejalan dengan temuan astronomi, sehingga hadis itu dari segi matan harus dinyatakan daif. Misalnya dalam astronomi berhasil mendeteksi waham (ketidakakuratan) rawi dalam pelaporan hadis. Atau pada sisi lain temuan dalam ilmu terkait dapat dimanfaatkan untuk menguji tingkat validasi data dalam ilmu tertentu di mana dengan semata metode ilmu bersangkutan pengujian terhadap data tidak dapat dilakukan secara lebih akurat.
4) Komparasi
Komparasi artinya bahwa hasil-hasil analisis ilmu terkait dapat menjadi bahan banding dalam analisis ilmu tertentu dalam rangka menjadi bahan banding dalam analisis ilmu tertentu dalam rangka perluasan cakrawala pengetahuan. Dalam kajian ini, kebetulan tidak ada unsur komparasi antara hasil-hasil temuan ilmu hadis dan temuan astronomi. Barangkali dalam kajian pada bidang lain komparasi semacam itu amat berguna bagi perluasan pengetahuan mengenai masalah yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang berbeda. Misalnya ketika berbicara Hukum Perjanjian Syariah, doktrin-doktrin perjanjian yang sama atau sebanding di dalam Hukum Perjanjian Indonesia atau Hukum Perjanjian lainya sehingga ada perluasan cakrawala pengetahuan yang dihasilkan dari perbandingan tersebut.
Dan semoga dalam situasi pendemi covid-19 seperti ini kita juga harus mampu menginterkoneksikan Studi Keagamaan dengan Bidang Kesehatan dalam praktek beribadah dan kehidupan sehari-hari.
Selasa 27 Sya’ban 1441 H- 21 April 2019