Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar*
Kepala OIF UMSU
Observatorium adalah sebuah tempat (lokasi) dimana dilakukan pengamatan benda-benda langit. Observatorium sendiri sangat identik dengan instrumen-instrumen astronomi (khususnya teleskop) dengan lokasinya yang strategis. Hari ini, di Indonesia tengah marak pendirian observatorium di berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Hingga kini telah ada puluhan observatorium yang telah berdiri di kampus-kampus se-Indonesia, baik sudah berjalan maupun masih dalam tahap pembangunan. Beberapa diantaranya: Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Observatorium Malikussaleh (Lhokseumawe), Observatorium Bosscha (Bandung), Planetarium dan Observatorium Jakarta, Imah Noong (Bandung), Watoe Dhakon Observatory (Ponorogo), Observatorium Winaya (Bandung), dan lain-lain.
Geliat pendirian observatorium di berbagai perguruan tinggi tanah air ini adalah hal positif yang patut diapresiasi dan terus didukung oleh semua pihak. Dengan upaya ini setidaknya eksplorasi alam raya yang di masa silam masih teramat misteri untuk diketahui maka sedikit demi sedikit akan dapat terungkap. Demikian lagi pengenalan dan pemahaman alam semesta terkait dengan persoalan-persoalan ibadah di kalangan umat Islam seperti aspek astronomis arah kiblat, waktu-waktu salat, awal bulan, dan gerhana, akan lebih mudah dipahami oleh umat Islam, berikutnya masyarakat (umat Islam) juga akan dapat mempraktikkannya secara langsung di lapangan.
Dalam realitanya, keberadaan observatorium di sebuah perguruan tinggi tidak semata bangunan fisik yang megah dan memadai, namun juga meniscayakan tersedianya sumber daya manusia yang menguasai dan menjiwai astronomi baik secara teori, filosofi, dan praktik. Untuk hal ini dibutuhkan tokoh dan sumber daya manusia yang memiliki pengalaman dan pemahaman akademik mumpuni lagi komprehensif. Keberadaan observatorium juga meniscayakan tersedianya alat-alat astronomi representatif untuk penelitian dan praktikum mahasiswa. Lalu, observatorium di era modern juga meniscayakan tersedianya sumber daya manusia ahli pendukung yang menguasai teknologi informasi yang didukung dengan sistem (manajemen) yang baik. Tak kalah penting, keberadaan observatorium di kampus juga memerlukan kebijakan bijak dari seorang pemimpin (rektor). Rektor adalah pimpinan tertinggi di sebuah perguruan tinggi. Dengan demikian, rektor adalah pemimpin dan pengambil kebijakan sebuah observatorium.
Jika ditelusuri, observatorium kampus di era modern berfungsi dalam beberapa hal berikut: (1) Sebagai tempat melakukan observasi benda-benda langit. (2) Sebagai tempat praktikum mahasiswa pada jurusan astronomi (ilmu falak) dan atau program studi yang memiliki mata kuliah astronomi (ilmu falak). (3) Sebagai sarana memperkenalkan alam semesta kepada pelajar dan masyarakat. (4) Sebagai tempat rekreasi dan atau hiburan.
Namun dalam sejumlah fungsi itu, fungsi sebagai tempat melakukan observasi benda-benda langit merupakan fungsi utama observatorium yang tidak boleh diabaikan. Justru, oleh karena fungsi observasi benda-benda langit ini berikutnya lembaga ini dinamakan “observatorium”. Dalam konteks perguruan tinggi, keberadaan sebuah observatorium dengan perangkat-perangkat astronomi yang canggih menjadi nilai lebih secara akademik bagi perguruan tinggi. Keberadaan lembaga observatorium dan alat-alat tersebut menunjukkan tingkat kemampuan dan penguasaan mahasiswa dan dosen di bidang teknologi.
Dalam perjalanannya, oleh karena observatorium-observatorium sebagai berkembang di Indonesia hari ini berada di bawah naungan perguruan tinggi (kampus), maka segala kebijakan (pembiayaan, penyiapan SDM, tata kelola, dan lainnya) juga merupakan tanggung jawab dan atau domain perguruan tinggi, dalam hal ini rektor. Maka maju berkembangnya sebuah observatorium kerap ditentukan oleh kebijakan pimpinan sebuah perguruan tinggi tersebut. Seorang pimpinan perguruan tinggi bersama orang-orangnya dalam perjalanannya memiliki rancangan, rencana, dan skala prioritas. Maka, sinergi dan komunikasi yang baik antara pengelola observatorium dengan pimpinan perguruan tinggi adalah hal mendasar dan harus terus dibangun secara baik.
Seperti diketahui, dalam kenyataannya sebuah observatorium meniscayakan adanya kader (sumber daya manusia mumpuni) di bidang astronomi, yang menguasai dasar-dasar astronomi baik secara filosofi maupun teori, lalu mampu pula mempraktikkan astronomi itu di lapangan dan di tengah masyarakat. Selain itu, keberadaan observatorium di kampus juga meniscayakan tersedianya peralatan astronomi guna praktik untuk para mahasiswa maupun untuk penelitian para awak observatorium.
Selain instrumen-instrumen astronomi yang representatif, observatorium juga membutuhkan fasilitas pendukung seperti gedung yang representatif, ruang-ruang alat astronomi, ruang diskusi, ruang planetarium, kubah-kubah teleskop, lapangan (halaman) praktikum yang memadai, dan lain-lain.[] Penulis: Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU