Nama lengkap al-Biruni adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni. Ia dilahirkan di kota hawarazm (sekarang Uzbekistan) Asia Tengah pada tahun 362/973 dan wafat di kota Ghazna pada tahun 440/1048. Al-Biruni dalam bahasa Persia bermakna ‘asing’. Orang-orang Khawarazm biasa memanggil seseorang yang masih asing dengan sebutan ‘al-biruni’.
Dalam sejarah, al-Biruni banyak memberi sumbangan ilmiah dalam bidang sains, ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, antara lain: matematika, astronomi, astrologi, fisika, filsafat, sejarah, geografi, kedokteran, farmasi, dan sastera. Karena keahliannya dalam berbagai bidang ini, para orientalis menyebut al-Biruni sebagai Ptolemeus Arab.
Al-Biruni sangat dikenal di masanya baik di Timur maupun Barat. Ia juga diakui sebagai peletak dasar teori-teori perhitungan segi tiga bola (hisab al-mutsallatsat atau trigonometri). Dalam hidupnya, al-Biruni menetap di kota Khawarazm hingga usianya yang ke 23. Karena terjadi gejolak politik ia pindah ke Jurjan (dekat Laut Kaspia di Asia Tengah). Di kota ini ia menetap selama 15 tahun, dan di kota ini ia menyelesaikan satu karyanya yang berjudul “al-Atsar al-Baqiyyah ‘an al-Qurun al-Khaliyyah”.
Al-Biruni adalah salah satu ilmuwan terbesar Islam sepanjang masa. Al-Biruni menulis lebih dari 150 karya, namun hingga kini spertiga saja dari karya-karyanya yang tersisa. Al-Biruni termasuk tokoh yang paling banyak dikaji dari tokoh astronomi lainnya. Namun setengah dari karyanya ini belum di edit (tahkik) dan analisa (dirasah).
Al-Biruni dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat agama dan mencintai ilmu sehingga tidak heran sejak usia muda ia sudah memiliki kemampuan luar biasa. Beberapa sumber menyebutkan al-Biruni sempat belajar kepada beberapa orang guru, antara lain Syaikh Abdus Shamad (dalam bidang kedokteran), Abu al-Wafa’ al-Buzjani, Mansur bin Ali bin Iraqi (dalam bidang matematik dan astronomi). Ibn Iraq, salah satu gurunya, adalah ulama astronomi (hai’ah) dan matematika yang sangat dikenal dimasanya. Salah satu faktor yang menjadikan al-Biruni sangat dikenal adalah karena penguasaannya terhadap berbagai bahasa: Arab, Persia, Suriah, dan Yunani.
Al-Biruni sezaman dengan Ibn Sina, bahkan al-Biruni kerap berdiskusi dengan Ibn Sina dalam berbagai hal khususnya bidang astronomi. Ilmuwan Barat Max Mayerhof mengatakan, al-Biruni digelari sebagai ahli kedokteran, astronomi, matematika, fisika, geografi dan sejarah. Dia adalah tokoh paling menonjol pada zaman keemasan ilmu pengetahuan Islam”.
Al-Biruni telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya ia dedikasikan untuk bidang astronomi. Dalam hal ini Al-Biruni berperan besar dalam aturan matematika seperti sinus, cosinus, secan, cosecant.
Al-Biruni tercatat pernah menetap di India selama 40 tahun. Selama di India, al-Biruni banyak mengkaji adat istiadat dan kebudayaan masyarakat India hingga akhirnya ia menulis karyanya yang bertitel: “Tahqiq Ma li al-Hind”. Buku ini menjadi rujukan para ulama yang mengkaji sejarah sosial dan kebudayaan, baik di era klasik maupun di era modern.
Salah satu sumbangan al-Biruni adalah adaptasi dan modifikasinya terhadap astrolobe, salah satu instrumen untuk mengetahui posisi bintang-bintang di langit. Dengan menggunakan astrolobe, posisi terdekat dan terjauh sebuah planet dan bintang-bintang dapat ditentukan. Al-Biruni juga diakui sebagai astronom yang mencetus bahawa bumi berputar pada paksinya, disamping Bumi juga memiliki gravitasi atau daya tarik. Al-Biruni juga berhasil melakukan observasi astronomi dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang luar biasa.
Al-Biruni juga merupakan ilmuwan yang membedakan antara astronomi dengan astrologi, dimana ia menghasilkan beberapa karya yang penting dalam bidang ini. Atas kontribusinya ini ia dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’. Sementara itu dalam bidang optik, Al-Biruni bersama Ibn al-Haitham, telah menemukan bahwa kecepatan Cahaya lebih cepat dari kecepatan suara. Sedangkan dalam bidang ilmu-ilmu sosial, Al-Biruni dipandang sebagai antropologi pertama di dunia. Ia menulis secara terperinci berkaitan dengan antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, serta Asia Selatan.
Sesuai keahlian dan kemampuan bahasanya, karya-karya al-Biruni mencakup berbagai disiplin ilmu pula, yaitu matematika, astronomi, fisika, geografi, sejarah, musik, Kedokteran, Farmasi, dan lain-lain. Karya-karya al-Biruni dalam bidang astronomi dapat disebutkan antara lain: al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hai’ah wa an-Nujum, Isti’ab al-Wujuh al-Mumkinah fi Shifah al-Usthurlab, Kitab al-‘Amal fi al-Usthurlab, Kitab at-Tathbiq ila Harakah asy-Syams, Kitab fi Tahqiq Manazil al-Qamar, Kitab Miftah ‘Ilm al-Hai’ah, Tahdzib Fushul al-Farghani, Maqalah fi Tashhih ath-Thul wa al-‘Aradh li Masakin al-Ma’murah min al-Ardh, Idhah al-Adillah ‘ala Kaifiyyah Samt al-Qiblah, Kitab Tashawwur Amr al-Fajr wa asy-Syafaq fi Jihah asy-Syarq wa al-Gharb min al-Ufuq, at-Tafhim li Awa’il Shina’ah at-Tanjim, Jala’ al-Adzhan fi az-Zayj al-Battani, al-Atsar al-Baqiyyah ‘an al-Qurun al-Khaliyyah, Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah Maqbulah fi al-‘Aql au Mardzulah, Kitab Maqalid ‘Ilm al-Hai’ah wama Yahdutsu fi Basithah al-Kurrah, dan lain-lain. Demikian sekilas tentang al-Biruni dan kontribusinya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Penulis: Kepala Observatorium Ilmu Falak UMSU (Telah Terbit di Harian Medan Pos).
Bagaimana cara Abi Raihan ini bisa tau letak” bumi dimana ia belajar?